Friday 22 November 2013

Uneg-Eneg

bismillah

Hm, hampir dua bulan blog ini tidak kunjung saya “hiasi”. Rasanya hampaa... malas kah? Umm, ‘sebetulnya’ tidak juga. Sibuk? Wah, itu cari-cari alasan namanya. Tapi entah kenapa saya ingat nasehat seorang senior-siapapun yang lebih tua dari saya, maka saya sebut senior, haha- yang intinya, “istiqomahlah dalam menulis”.

Namun juga, hal itu menjadi tanda tanya bagi saya, menulis adalah bentuk aktualisasi diri saya. Penyaluran uneg-uneg-terutama- yang telah saya alami dari kejadian sehari-hari atau hasil kontemplasi yang ndak begitu serius. Dengan kata lain, bagi saya menulis akan menghadirkan kepuasan sendiri. 

Jadi, kembali pada nasehat tadi, mengapa saya harus istiqomah? Karena kata-kata ‘istiqomah’ seperti menunjuk pada hal-hal yang sulit untuk dilakukan, dan butuh kerja ekstra untuk melakukannya. Sedangkan bagi saya menulis itu kepuasan, tidak perlu kerja keras dan memeras otak untuk melakukannya.

Lalu saya teringat nasehat senior yang lain lagi, untuk meningkatkan kualitas tulisan. Hm, sampai di titik inilah saya mulai merasa ada sesuatu yang ‘aneh’. Tapi tentu saja berbeda dengan rasa ‘dahsyah’nya para filosof ketika mencapai puncak tertentu dalam gelutan pikiran mereka. (^_^)”??

Ya, dari situ saya lalu merasa tertohok. Selama ini apa sih yang sudah saya tulis? Apakah ada peningkatan kualitas? Peningkatan ragam? Atau justru berjalan ke belakang? wawasan apa pula yang sudah saya tulis? Rasanya seperti hanya jalan di tempat.

Lalu teringat lagi saat blogwalking ke blog senior yang lain. Entah ini murni kata-katanya atau hasil mengutip, “membaca adalah bernapas, dan menulis adalah menghembuskannya”. Eureka!! Di sini saya menemukan jawabannya. Bagaimana saya bisa menulis sesuatu yang berkualitas kalau bacaan saya tidak berkualitas? Bagaimana bisa menulis dengan wawasan yang luas kalau saya tidak membaca apa-apa? Saya juga teringat ketika mewawancarai sastrawan tanah air yang tengah melawat ke Mesir, bapak Taufik Ismail. Bahwa apa yang selama ini beliau perjuangkan adalah supaya masyarakat kita gemar membaca. Duh!
Setiap kali membaca hasil tulisan orang lain, saya merasa iri, minder bahkan apatis. Apa saya bisa menulis sebagus itu? Tulisan apa saja. Fiksi ataupun non-fiksi. Serius ataupun yang berpoles humor. Apa saja. Lalu tiba-tiba terbersit di kepala saya untuk ‘tawaquf’ –hihi, saya gemar sekali pakai alasan ini untuk um,,, rahasia ah- sampai bacaan saya ‘cukup’ untuk menelurkan tulisan yang sedikit ‘ehm’. Maka dari itu, blog saya jadi ‘mati suri’. Gara-gara keputusan ber-tawaquf itu.^_^

Ibaratnya, selepas masa ‘membaca’ saya ingin bisa dapat ilham dari langit, lalu keluarkan tulisan yang sedikit lebih ‘berkualitas’. Tapi setelah beberapa waktu terlewat. Justru rasa hampa yang mengisi kepala saya. Seperti ada sesuatu yang menyumbat ketika saya menarik nafas kehidupan. Eciee...

Jadi, haduh.. awalnya saya hanya ingin menulis satu paragraf untuk epilog, tapi ternyata malah ngalor ngidul. Padahal saya hanya mau menulis pengalaman sore tadi, ketika jalan yang melewati kompleks ‘madinah’ mahasiswa (Mesir) al-Azhar diblokir polisi dan nampak gas putih mengepul dari dalam kompleks (kemarin 3 mahasiswa meninggal karena bentrok dengan aparat –kabarnya begitu-) pasir dan batu juga berserakan tepat di depan gerbang kompleks asrama mahasiswa yang-ketika saya lewati- sudah lenggang. Juga sedikit insiden dalam bus, dan reaksi lucu seorang teman. Lho..lho... masih ingin menulis. Tapi ada tugas lain yg harus d kerjakan.
Anyway, smoga uneg-uneg ini bermanfaat.
Allohumma arinal haqqo haqqon warzuqna ittiba’aah, wa arinal batila batilan warzuqna ijtinabah.

                                                                                                    Cairo, 22 November 2013
20:02 CLT