Wednesday 29 October 2014

Merindukan Teguran

bismillah


Tapi kau tahu,
Ada sekat-sekat egoisme di sini.
Menancap dalam dan telah berakar.
Dan siapa yang mampu mencerabutnya?
Aku?
Yang melihat cermin diri saja masih samar?
Maka,
Katakan bahwa aku tersesat,
Dan berteriaklah bahwa aku salah,
Jangan iyakan setiap yang ku kata

Setiap jiwa ingin tersadar
Tak ada yang tak ingin ia dengar.

Hentikan langkahku saat ku terlena.
Berlarilah dan ajak aku pergi,
Menuju jalan kembali,

Aku tak ingin tersesat lagi.


                              PMIK, 29 Oktober 2014
                              Sore yang.....ugh!

Monday 13 October 2014

Ada Apa di antara Kita?

bismillah



Sejatinya kita takkan pernah menjadi ‘kita’
Kita bukan milik kita
Sekeliling menguasai kita
Sekaligus menaruh harap pada kita

Ingin sebebas apa,
Ada bingkai unik berukir pengabdian,
Loyalitas,
tanggungjawab

Lalu mereka bilang,
“Menyelami kehidupan,
bukan semata perkara cinta,”

dan seperti itulah,
“Diperjuangkan atau...
dikorbankan,"
Terkadang bukan pilihan,
Tapi tuntutan, keterpaksaan

Namun sebelumnya, ini cinta?
Atau sekedar rasa yang menunggu pudar?
Bila cinta, mengapa ia terhenti?
Bila hanya rasa, mengapa ia tak kunjung pergi?

Kau dan aku,
Tak pernah bicara lewat kata
Tapi hati masih saling menyapa,
Sebenarnya, apa yang terjadi antara kita?









                                                               Madinah al Buuts al Islamiyah, Kairo
                                                               Awal winter yang menyisakan ragu, 14 Oktober 2014
                                                              04:50 CLT


Saturday 4 October 2014

Duh, Khutbah Ied yang Mengenaskan

bismillah
Dugaan saya tepat. Selepas imam mengucap salam kedua, seluruh jamaah berdiri tanpa komando. Mengambil sajadah, mengenakan sandal dan sepatu dan melenggang tak beraturan.
Nyaris semua jamaah wanita Mesir ini ngobrol
Sajadah kami terinjak? Ya.
Gaduh? O, tentu.
Hanya kami, orang Asia yang duduk menepi lalu memasang telinga untuk khutbah Idul Adha yang disampaikan. Remaja, anak-anak, ibu-ibu, semua bercengkerama lewat obrolan keras beradu menyaingi suara sang khatib. Hanya nenek-nenek-yang nyaris seluruhnya- bertubuh gempal duduk manis dan mendengarkan khutbah. Warga Mesir mana yang sudi kiranya mendengar ceramah fiqh adzhiyah dan tafsir AlKautsar itu dengan penuh kesadaran?
Iya, hal yang sangat saya rindukan adalah jamaah yang sudi mendengar khutbah Ied sang khatib. Yang tidak bergegas menarik sajadahnya untuk lari dari khutbah yang berdurasi tak lebih dari dua puluh menit.
Kita, orang Asia, orang Indonesia, ternyata lebih mampu mengetahui apa fungsi telinga. Indra pertama yang diciptakan Allah Swt sebelum yang lainnya. mungkin karena itu watak kita turut terbentuk. Watak “pengertian”, yang terkadang menjadi ekstrim dan disematkan pada orang Jawa-apalagi orang Solo dan Jogja-, lalu diterjemahkan menjadi “pekewuh”. Dan jika bergeser ke makna moderat disebut “santun”. Namun tak jarang santun dalam laku ramah itu disalahgunakan sehingga mengorbankan prioritas disiplin waktu. Jam karet.
Nah, saya mulai melantur nggak jelas. Anyway, Happy Ied Adha! Kullu ‘am wa antum bikhoir. ^_^

                                                             Masjid ArRahman ArRahim, Cairo, Iedul Adha 1435 H


Yang duduk adalah mahasiswi Asia, Indonesia

Jamaah wanita Mesir yang berlalu lalang ketika khutbah

Hanya nenek-nenek Mesir yang mau mendengarkan khutbah Ied

Thursday 2 October 2014

Curahan Hati PMIKwati

bismillah

Kamis.
Sepi kan...
Seperti biasa, setiap jatahku shift PMIK di hari ini, sepi. Ada beberapa tugas menumpuk sebetulnya. Tapi, rehat dulu lah. Dan tahu tidak, di atas PMIK, alias di sutuh ini, muncul suara gedebak-gedebuk. Berisik? Iya. But, no problem. Aku pernah tanya salah seorang yang ‘gedebak-gedebuk’ itu, kata mas-nya, setiap Sabtu dan Kamis, mereka latihan wingchun. Padahal seingatku, wingchun itu kan seni beladiri yang diciptakan buat wanita. Karena jurus dan gerakan-gerakannya yang gesit namun tidak membutuhkan banyak tenaga. Hihi, kenapa yang latihan akhi-akhi ya?

Baru saja selesai mengklasifikasi 20 buku baru. Hey, ini bukan perkara mudah. Bermodalkan “kitab suci” PMIK, keterbatasan ingatan dan mengkaitkan judul plus konten dengan klasifikasi turunan Dewey. Ugh, terkadang menemukan buku yang untuk memberi nomor penempatan itu sampai makan seperempat jam. Well, tapi aku menikmatinya.

Rak bahasa Arab di PMIK
Selanjutnya mendata buletin-buletin Masisir yang masuk PMIK. Menyetempel yang belum distempel, komputerisasi lalu manyun karena “ini buletin kok gak ada edisinya sih!”. Aha, di sini aku paham bahwa layouter media cetak itu penting. Juga inkonsistensi layout itu sangat mengganggu pendataan dan dokumentasi.

Tugas dari buletin juga baru saja masuk inbox. Tapi... sudahlah. Akan ku kerjakan nanti malam saja di asrama.

Hari Batik kan ya.. 
Sekarang rileks dulu. Menulis uneg-uneg di hari ini. iya hari Batik Nasional 2 Oktober. Ada yang spesial?/ iya. Aku pakai baju batik ungu yang kujahit sendiri. Meski tidak 100% jahit mesin. Tapi oke punya lho. Lumayan lah. Baju Ied kemarin. Inginnya sih selfie, karena jiwa narsis-ku selalu bersemi, tapi kalau buat konsumsi publik ya... pikir-pikir dulu lah. Bukan Ainun kalau suka pajang-pajang foto selfie dan dinikmati banyak orang. Ups!

Oya, tadinya mau nulis macam-macam. Sebab sudah lama tidak posting di blog ini. bukan karena tidak ada inspirasi. (btw, manusia bisa kehabisan inspirasi ya?) tapi ya, karena beberapa alasan, nggak berani sembarang posting lah. Kalau dihitung-hitung, setiap bulan (sedikit sekali ya) aku selalu membuat folder baru untuk coretan-coretanku.

Nah lho... sudah nyasar ke mana lagi ini? begini lah kalau menulis tanpa mind maping. Karena biasanya-minimal aku membuat peta pikiran atau kerangka sebelum menuliskannya. Bukan Cuma untuk tulisan-tulisan berat. Tapi tulisan ringan pun begitu. Kalaupun tidak ditulis tangan, aku menuliskannya di pikiran.

di sini aku shift. Sepi. Asli. Tpi enak sih, buat ngerjain tugas-tugas. haha
Seringkali kawan-kawan bilang bahwa aku ini lumayan mumpuni dalam menulis. Tapi wew, no.no.no. aku-terkadang masih terikat mood. Bahkan, seniorku mengaku bahwa ia mulai menulis sejak 4 tahun terakhir. Tulisannya bagus. Logikanya dapat. Dan cukup expert lah. Tapi wait! Aku lho... sudah suka nulis fiksi sejak akhir SD, tapi sampai sekarang masih acak-adul. Seringkali logika ndak dapat, diksi kurang greget, satu paragraf dengan paragraf lain tidak koheren. Aiih, rasanya pengen pijetin ini otak!

Tapi lama-kelamaan aku berpikir, bahwa semua ini kujalani dan bisa kulakukan karena (biidznillah tentu), juga karena aku mau. Sungguh salah kalau aku dibilang memiliki bakat. Karena semua yang kulakukan, asasnya ya itu. Kemauan. Asal aja tulis. Mengikuti kata hati. Kalau dibac ulang terkadang,”wew, bagus juga”. Tapi tak jarang,”idih, apaan nih?” lalu ‘delete’. Hoho

Kalau sudah begitu, aku paling malas mengulang. Makanya paling gatel dengan kata “revisi”.

Okay, sepertinya bisa nyasar ke mana-mana kalau uneg-uneg ini dilanjutkan. Ala kulli hal, “Ainun, keep your writing spirit!”

Syukran, sudah mau baca uneg-uneg di sore ini. oya, besok puasa Arafah yuk!







                              PMIK "Krik...krik...krik..", Wisma Nusantara,Cairo, 2 OKtober 2014