bismillah
mungkin
kalian lupa nantinya, betapa kalian senang membuat kami kalang kabut. Kalian
mengejar-ngejar kami yang sedang tak ingin diajak bermain. Bahkan akhirnya kami
terpingkal-pingkal mengetahui betapa pintarnya kalian. Bergabung bersama
mendorong botol yang kami gunakan sebagai penghalang pintu.
Hai
anak-anak,
Terima kasih
telah tumbuh dengan baik. Lihat betapa Allah Maha Penyayang. Kalian tidak
semalang kakak-kakak kalian. Mereka lahir dari seorang ibu yang baik, lembut,
sopan dan tentu berbeda dari ibu-ibu lain. Ketika lewat beberapa pekan dari
kelahiran kakak-kakak kalian, bahkan mata kecil mereka pun belum sempat melihat
kerasnya dunia. Mereka harus terpisah dari sang ibu. Terbuang di tepi jalan
oleh orang yang hatinya telah membeku. Hanya tersisa satu yang mampu kami
selamatkan. Maka ia bernama Ichi.
Ibu anak2 n Ichi, yg diracun ablah T_T |
ibu anak2 |
ichi |
Kami tak
pernah berharap akan hadirnya kalian, anak-anak. Namun hadirnya kalian adalah
suatu anugrah yang tak pernah kami bayangkan. Mungkin kakak semata wayang
kalian, Ichi, lebih beruntung. Selama beberapa bulan ia bisa bergeliat dan
bermanja sepuas hati bersama ibu, meski kamipun masih tak terlalu tahu siapa
ayahnya.
Namun tidak
bagi kalian, ya, kalian berenam yang kini tersisa lima. Kami tak tahu, tak mau
tahu dan tidak berharap tahu siapa ayah kalian. Ketahuilah bahwa ibu kalian
bergitu cantik. Begitu anggun. Begitu sopan. Hingga kami tak tega kalian
terpisah darinya. Tak terlalu banyak yang bisa kami bantu dalam persalinan
kalian di hangatnya summer ini. tapi tahukah kalian, dari beberapa kali bahaya
dari orang-orang yang telah hilang rasa kasih sayangnya itu, kalian adalah yang
beruntung. Yang dijaga olehNya. Bersyukurlah wahai anak-anak!
Maafkan kami,
anak-anak. Ketika ibu kalian sadar akan panggilanNya, ia menjauh dari kalian
yang bahkan belum dapat membuka mata. takdir dan kebusukan hati manusia yang
membawa ibu kalian pergi. Maaf kami tak bisa membawanya kembali untuk merawat kalian.
Tahukah
betapa bingungnya kami, setiap kali mendengar tangis kalian yang merengek minta
susu? Sungguh begitu pilu. Bagaimana bisa kami makan dengan tenang sementara
ratapan tangis kalian begitu menusuk relung hati kami. Maaf kami tak bisa
mengerti bahasa tangis kalian. Jeritan kepedihan anak-anak yang ditinggal pergi
ibunya dalam usia yang sangat dini. Apa yang bisa kami perbuat, anak-anak?!
Hari pertama,
kami coba berikan susu asrama yang juga minuman keseharian kami. Kalian
mencicipnya sedikit melalui sedotan yang ujungnya tajam, lalu menolak.
Tahukah,, hati kami tersayat melihat kalian kelaparan menjilat tangan kami yang
basah dengan sisa air susu sapi. Berikutnya kami belikan kalian dot susu.
Syukurlah! Kalian mulai dapat beradaptasi.
Kami sangat
bahagia, anak-anak. Meski masih tersebit tanya, sampai kapan kalian bisa
bertahan?
Setiap
terdengar tangis kalian, kami berikan dot susu. Bergilir. Bergantian, sembari
sahur atau di siang dan malam hari. Kawan-kawan Thailand juga membantu.
Bersyukurlah. Setelah kalian puas minum lalu tertidur, barulah kami dapat makan
dengan tenang. dan setiap subuh mulai lewat, kami sembunyikan kalian dengan
berjingkat agar tak ada petugas asrama yang membuang kalian. Menjelang agak
siang, kalian terbangun, dan kami harus bergantian memberi 5 lidah yang
kehausan. Setelah itu, beberapa kami harus mengelap pantat kalian dengan tisu
agar kalian dapat buang air kecil atau besar.
Hingga makin
hari kami menyadari, kalian tumbuh, membuka mata, berjalan dan bermain dengan
kami! Terima kasih, anak-anak, kami sadar, merawat kalian dengan kesabaran adalah
anugrah yang melahirkan senyuman tatkala kami penat dengan ricuhnya dunia.
Terima kasih kalian tumbuh dengan kaki-kaki yang semakin hari semakin kuat
menopang perut buncit kalian yang menggemaskan. Terima kasih telah mampu
berlari dan bekejaran di lorong asrama kami. Meski kami harus rela mematikan
lampu lorong tatkala kalian tertidur lelap, dan menutup pintu agar kalian tak
terjatuh di anak-anak tangga asrama.
wajah2 kelaparan |
Dae Gu,
Gembrot, Snow White, Ji Gook dan Goro. Kini kalian mulai tumbuh dan
menggemaskan. Hingga tak jarang kami, tanpa sadar berbicara dan cerewet seperti
ibu pada anaknya,”jangan lari-lari anak2!”, “ayo tidur, waktunya istirahat,
Goro!”,”Dae Gu nggak boleh lari-lari terus!”
Anak-anak,
saat ini kami ikut berduka akan Dae Gu. Dae Gu yang semangat dan hiperaktif
kini berbaring dan jarang minum susu. Dua kaki belakangnya tanpa sengaja
terjepit pintu. Dae Gu, semoga engkau cepat sembuh. Kami tak tega melihat
tubuhmu semakin kurus. Segeralah sembuh dan bermain-main dengan Snow white,
Goro, Gembrot dan Ji gook. Terima kasih juga, Ichi, kau mau menerima dan
bermain dengan adik-adik tirimu, menggantikan ibu yang sudah tiada.
Cepat sembuh
ya Dae Gu.
Anak-anak
yang menggemaskan, tumbuh dan bermainlah. Kalian adalah anugrah! Terima kasih
telah memberi kami senyuman, dalam dunia kami yang penuh kericuhan.
*pada
akhirnya Dae Gu meninggal pada malam 28 Ramadhan 1435 H, semoga ia lebih
tenang, dan yg ditinggalkan menggenggam ketabahan.
anak2 mainan ma kk tirinya, Ichi |