bismillah
Belum sempat kusapa, purnama
sudah lewat. Ujian Termin 1 yang memaksaku. Maka di sisa “sempurna”nya aku
ingin bercerita. Ada beberapa, tapi aku tak tahu bagaimana merangkainya.
Kekesalan atas beberapa masalah, kegalauan beberapa kawan di tengah ujian, kematian
Snowwhite? Ah, tepat di kalimat ini, aku menitikkan air mata. Barusaja aku
diberitahu, Goro meninggal. Kucing menggemaskan yang paling penurut itu…
Innalillah.
Beberapa hari lalu keduanya nampak
sakit. Hanya meringkuk, tak mau makan, minum susu pun harus kami paksa pakai
dot bayi. Tak lama kemudian Snowwhite mati. Selepas kepergiannya, aku berharap
Goro mengalami nasib lain. Kembali sehat. Apalagi ia nampak semakin bugar. Pun pagi
tadi ia mau minum susu yang diberi kawan Thailand. Beberapa hari ini ia tidur
meringkuk di depan kamarku. Aku pun harus relameminjam sandal kawan, karena punyaku
ia tindih untuk hangatkan badan. Terkadang Gembrot dan saudara tirinya, Ichi datang
menjenguk. Mengajak bermain atau sekedar tempelkan badan dan tidur bersama
saling menghangatkan.
Tadi, sebelum aku berangkat
ujian, Goro nampak kedinginan, maka kuberi alas kardus dan kuselimuti ia dengan
kain. Ia nampak baik-baik saja. Ah, tidak. Ia nampak lebih sehat dari kemarin.
Bahkan ia sempat meloncat ke bawah ranjang, lalu ku keluarkan,”Anak sholeh,
keluar yah… kamu sedang sakit, bukan di sini tempatnya,”
Mungkin ada yang berpikir aku
setengah sinting. Tapi aku suka berbicara bahkan mengobrol lama dengan
kucing-kucing di lorong kami. Tapi untuk Goro, nyatanya hari ini Allah beri
takdir lain.
Goro…
Tiba-tiba aku rindu sambutan
hangatmu saat aku dating. Di ujung tangga menuju lorong kau biasa berjingkat
dan berlarian mengejarku. Saat ku buka pintu dapur, kau satu-satunya yang
menelusup cepat lalu berkelendot manja di kakiku. Tepat saat kau tahu bahwa aku
akan membuka kulkas.
Goro, aku rindu kau berebut
makanan dengan kawan-kawanmu. Saat kau begitu semangat berdiri dengan dua kaki,
tak sabar menanti remah keju yang sedang kubuka. Aku rindu dengan cakar
mungilmu yang tak sengaja menembus baju dan membuatku tersentak. Kau yang
penurut saat ku mainkan bagai boneka, kupeluk dan ku goda saat tidurpun, kau
diam saja.
Ah, apa kau ingat bagaimana kau
bertahan hidup di musim panas kemarin? Bagaimana kami sengaja membagi susu
asrama saat sahur demi kalian yang piatu? Juga saat kami rela kekurangan
penerangan dan menjaga suara agar tidak mengganggu tidur nyenyak kalian?
Goro, Snowwhite, 7 purnama bersama kalian adalah hari-hari yang
tak mudah kami lupakan. Maaf, aku tidak selalu peduli saat kalian merengek
kelaparan. Maaf, aku pernah membentak kasar saat kalian mengacak-acak kamar
yang baru saja ku rapikan. Maaf, sempat mendorong kasar saat kalian melompat ke
atas meja dapur. Maaf, karena baru sekarang aku sadar, betapa kalian adalah
bagian dari hari-hariku di Kairo.
Aku berduka atas kepergian
kalian, namun terima kasih. Setidaknya untuk satu hal. Sesuatu terasa berharga
saat kita kehilangannya.
Goro, Snowwhite, aku akan
ikhlaskan kalian.
Aku ucapkan, selamat jalan…
Puncak
Winter (feel 2 Derajat)
Kairo, 8
Jan 2015