Wednesday 30 December 2015

2015 Tak Boleh Jomblo

bismillah



Besok saya akan menikah-in syaallah.
Setelah melalui proses-proses yang terkadang sangat di luar praduga sekaligus rencana. Yang tak bisa saya tampik, telah membuat saya meninggalkan banyak hal; amanah, tugas, rencana dan beberapa target. Ala kulli hal saya mengakui kekhilafan itu, dan semoga pihak-pihak yang terkait mampu memaafkan keinsafan diri ini (lho, ngarep banget..).

Sejak lama saya ingin menulis dan berbagi isi pikiran. Menyusunnya dalam rangkaian kata ala diri sendiri saat mood itu terbentuk. Tapi hm… akhirnya di hari -1 H, baru jemari saya sembunyi2 menari dalam kamar seorang diri. di tengah kesibukan mempersiapkan esok dan acara selanjutnya, sebenarnya saya ingin berbagi tentang rasa-rasa mengecap udara Indonesia setelah 4 tahun tak bersua. Walau jika menurut hitungan tahun matahari, belum sampai 4 tahun saya merantau di bumi Mesir.

Tapi ternyata, rasa itu bercampur aduk dengan even esok hari-sekali lagi, in syaallah- saya akan menggenapkan separuh dien. Hal ini pula yang ternyata membuat konsep “liburan” yang selama ini saya idam-idamkan sedikit (kalau tak boleh bilang banyak. Hiks)berubah.

Iya, liburan itu bukan dengan arum jeram, naik gunung ataupun snorkling. Melainkan, menjahit baju (apa gaun ya?) beserta beberapa aksesoris pernikahan lain, memasak, melipat dan menyebarkan undangan, souvenir, berberes-beres rumah daaan sebagainya.

Ada suka duka yang berlapis-lapis dan silih berganti. Terkadang air mata bahagia berselingan dengan kekhawatiran dan rasa lelah. Meskipun Ummi adalah yang tersibuk dan pusat segala persiapan nikah, walimah dan penyambutan tamu jauh, beberapa hal cukup menguras tenaga. Abi yang tiba-tiba jatuh sakit dan saudara laki-laki yang jauh ataupun tengah sibuk dengan khidmahnya.

Dengan begitu, bagi saya, tidak ada istilah anak laki-laki atau perempuan. Saya adalah keduanya. Mulai dari urusan dapur, pakaian, memasang lampu, angkat galon, hingga mengantar kasur, harus saya kerjakan.  Dengan kata lain pula, tidak ada istilah “dipingit”.

Yang patut saya syukuri dari hal itu, adalah kebiasaan saya yang tidak membedakan apakah sesuatu itu pekerjaan laki-laki atau perempuan. Selama itu mampu saya lakukan, maka akan saya lakukan. Sebenarnya ada hal yang cukup menarik buat saya; ketika mas saya pulang, ada bangkai cicak di dekat rak buku. Begitu abi perintahkan mas buat membuangnya, ia justru beringsut dan memohon pada saya untuk mengambilnya. Kalau boleh saya terjemahkan mimik wajahnya, “Plis, Nun. Tolong buangin cicak itu… aku jijik bangeeeet.”

Lho.. malah crita itu tho…

Pada awalnya saya ingin fokus pada bagaimana perasaan menjelang hari H. satu pertanyaan,”Deg-degan gak sih?” tentu jawabnya iya. Masalahnya adalah waktu, kapan itu dag dig dug nya? Pertama, ketika saya masih di Kairo dan si dia melamar ke rumah di Solo. Selepas itu kok ya… biasa saja ya. Hehe. Bahkan saat beberapa kawan menanyakan,”H min berapa Nun dari sekarang?” nah, saya malah hitung jari sambil mikir. Benar-benar ndak ingat. Bukan karena apa, tapi ya itu lho, namanya persiapan pulang itu ternyata banyak yang harus dipikir dan dijalankan. Kemudian ijroat dan bermacam persiapan juga menguras tenaga dan pikiran hingga masalah hati kadang terlupakan (kadang aja lho ya, deg2an ndak dipungkiri, meski itu kecil sekali).

Namun di awal kepulangan, saya sempat agak stress juga. Antara bingung, tidak yakin dan keragu-raguan yang kadang menyusup itu ada. kenapa harus dia apakah keputusan di saat ini telah tepat? Apakah saya sudah siap? Dan banyaaak lagi. Hal yang seringkali juga diceritakan beberapa teman yang pernah mengalami. Imbasnya memang tidak hanyak ke psikis, tapi ke fisik juga. Saya lho, yang selama 4 tahun di Kairo hanya sekali kena sariawan, begitu pulang langsung panen. (hehe). Belum pula batuk yang hingga sebulan tidak sembuh2.

Lho, nyasar lagi tulisan ini. deg-deg an yang kedua saya rasakan kemarin. Jika selama ini bayangan si dia hanya ada dalam fantasi dan memori berbulan-bulan silam, tiba-tiba malam kemarin fantasi itu hilang dan terganti dengan sebuah kenyataan; iya Nun. Dia dan keluarganya telah tiba di sini, di Solo, di rumahmu! Iya, yang kau lihat dengan sekilas-sekilas dan kau hindari tatapan matanya itu ada di depanmu! Itu calon suamimu!

DUAARR!!!

Hehe. Lebay sedikit tak apa ya…

Bismillah, besok saya akan menikah, tidak jomblo lagi tahun 2015 ini.
Semoga niatan kami ini adalah niatan untuk beribadah. Amin. Doanya ya….



                                                                                             Solo, 9 jam menuju Akad