Wednesday 25 May 2016

O, Begini Rasanya Hamil.

bismillah

Hampir satu bulan ini perasaan kembang kempis. Kabar ujian. Iya, ujian tamhidi I untuk jenjang magister yang tengah saya jalani kabarnya simpang siur. Sekali diumumkan Ramadhan, sekali dipikirkan pasca Ramadhan. Ada bagusnya juga jika ditangguhkan, toh persiapan saya tidak lagi semaksimal waktu single dulu.

Sekarang sudah masuk awal usia bulan ke- 5 usia kehamilan. Alhamdulillah.

Awalnya terkejut juga, maklumlah, hamil perdana. Hihi. Dari sejak menginjakkan kaki di bumi Mesir ini, rasanya raga tiada henti-henti diperas. Intinya sibuk mondar-mandir untuk ijroat (proses administrasi) kampus, asrama, beasiswa, lalu cari rumah, pindahan dsb. Nah setelah menempati kontrakan –yang alhamdulillah dekat dengan kampus saya dan kampus cowok saya (jieeh)- rasa lelah itu tidak kunjung pergi. usut punya usut, ternyata hamil toh. Alhamdulillah.

Serasa tidak percaya, lalu berpikir. Lha, heloo….kan saya udah nikah. Hoho. Wajar dong.

Setiap kali bertemu kawan dan kenalan, rata-rata berkomentar, “lho habis nikah kok kurus?”

Yaelah, jangan-jangan dipikirnya dunia rumah tangga saya tidak bahagia. (Padahal-kalau kata si doi,”Dek, kita ni kayak bukan suami istri. Tapi dua anak muda yang dimabuk cinta”…ehemmm nggak usah banyak cerita di sini lah, kasihan kalau ada jomblo yang baca tulisan ini, lalu nangis darah pengen merit).

Jangankan orang lain, saya saja terkejut. Saya kira siapapun saat hamil badan bakal melebar. Makanya kalau ada kenalan yang hamil dan badannya ndak tambah ndut, saya terheran-heran. Nah sekarang saya sendiri merasakannya.

Beuh… subhanallah deh. begini sensasi jadi bumil. Dulunya saya pikir namanya wanita hamil itu beratnya di usia tua kehamilan. Karena perutnya besar, sulit bergerak dan beraktifitas. Olala, ternyata sejak awal kehamilan sensasinya luarr biasa. Maka cukup wajar dalam Al-Quran digambarkan bagaimana seorang ibu yang mengandung wahnan ala wahnin. Lemah kuadrat.

Saya yang merasa memiliki raga strong, jarang sakit, toleransi makanan tinggi (nggak pilih-pilih, bahasa pondoknya kullu syaiin kolu illa watu laa kolu). Bahkan selama kurang lebih 5 tahun ini sama sekali nggak pernah demam bahkan sariawan. tiba-tiba kehilangan nafsu makan, mual tiap saat, badan lemas wuaaah hidup segan, mati tak sampai.

Setiap kali waktu makan datang ataupun si doi bawa makanan, hmm serasa neraka itu datang. hiks. Terlebih waktu pagi (makanya disebut morning sikness) dan petang. Dua waktu itu siap-siap deh ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perut. Intinya makanan berasa buah simalakama, dimakan toh akan keluar lagi, namun jika perut kosong pun cairan lambung yang akan keluar.

Saya pernah mencoba mengeluh pada dokter kandungan Mesir. E, bliaunya malah senyum-senyum dan bilang, “sehari sekali dua kali muntah itu wajar”. Gubrak!

Nyidam?

Dulunya saya berkomitmen untuk tidak nyidam apa-apa kalau hamil. Ah, itu cuma pengaruh caper saat hamil aja. Pikir saya. ho, ternyata memang pikiran untuk makan makanan tertentu itu muncul di masa-masa morning sickness bergejolak. Setidaknya hampir tiap kali tidur, saya selalu bermimpi makan makanan khas Indonesia. Mulai dari keripik ceker ayam, sale pisang, soto, bakso daaaan banyak lagi. Namun sekali lagi, itu hanya mimpi. Hiks. Ini Mesir, Nun! Tidak ada penjaja kuliner Nusantara yang jualan dan kita tinggal beli kalau ingin makan. *ngusap air mata.

Meski sesekali manja-manja juga ke si doi, merengek minta dibelikan ini itu di kawasan Hay Asyir yang terdapat lumayan banyak toko asia. Tapi kadang sewaktu di acc sama doi, saya yang beringsut sembari pikir-pikir,”Nggak ah. Adek nggak mau manja dan boros.” Nah lho, apa nggak pusing si doi ngadepin saya. wkwk

Cari info sana sini, biasanya morning sickness berkurang pada usia kehamilan 3 bulan ke atas. Alhamdulillah, bulan ke-4 mulai berkurang. Tidak lagi tiap hari, tidak lagi harus pakai masker saat ke dapur atau mencium bau minyak goreng dan bawang-bawang. Walaupun… hehe. Nafsu makan mulai ada (di sini saya merasa begitu besar salah satu anugrah ilahi yang jarang saya sadari; nafsu makan), dan alhamdulillah buah-buahan jadi konsumsi setiap hari. Meski kasihan juga sih lihat si doi terkejut sangat melihat porsi buah saya. sehari sekilo peach habis untuk saya seorang. Imbasnya, si doi baru makan satu dua biji dan taraaa tak ada lagi buah di kulkas. Wkwk

Ala kulli hal, semoga dedek janin tetap sehat dan nantinya menjadi dzurriyah shalihah bagi kami. Saya pun sangat bersyukur tak terhingga, Allah anugrahkan saya suami yang begitu sabar menghadapi masa kehamilan yang tengah saya jalani. (So, buat para calon ayah, menjalani masa kehamilan dengan istri itu butuh kesabaran ekstra lho. jangan kaget dan jangan banyak menuntut atau berkeluh kesah.) alhamdulillah lagi dapat bonus; si doi jago masak. Mulai dari tumis-tumisan sampai bikin kue. So.. so… so sweet! Hihihi

Lalu, kalau kembali ke atas, apa hubungannya dengan ujian? Ya ada dong.

Intinya saya ndak boleh banyak cuap-cuap, kalau yang nggak hamil dan staminanya full aja butuh persiapan ekstra hadapi ujian, apalagi bumil. Back to muqarrar aja deh.


Doanya ya… maturnuwun.

                                                                                            Istana Cinta Darrasa, Kairo