Wednesday 25 June 2014

Dua Puluh Dua

bismillah


Barisan kata yang sulit ku tulis. Tahun ini berat.
22 tahunku sudah lewat. Setahun lalu aku ingin serius menghadapi hidup. Dan kali ini sepertinya harus dirinci lagi. Namun buatku waktu adalah waktu. Dan momen tahunan ini bukanlah suatu keistimewaan untuk dirayakan dan digembirakan. Jadi aku memang tak berharap akan datangnya ucapan selamat dan sebagainya. Selain karena aku juga tak terlalu peduli dengan momen milik kawan yang lain.
Aku ingin menjadikan momen ini sebatas titik tolak dan evaluasi perjalanan penghambaanku. Sudahkah ia berjalan sesuai kerangka dan target yang ku susun? Haha. Padahal aku tak pernah puas dengan jerih payahku. Rasa-rasanya waktu dan episode kehidupan yang kujalani mudah sekali menguap dari memoriku.


Ala kulli hal, tahun ini aku ingin lebih dekat dengan Allah Swt. ya. Aku sadar, ada satu kesalahan besar dalam pendekatanku kepadaNya. Dan itu berimbas pada segala hal. Tak hanya ibadah. Tapi juga muamalah, wawasan juga sikap dan jawabanku terhadap hal-hal yang ku hadapi. Kesalahan apa itu?
Maaf lah. Aku tak ingin berbagi kecuali dengan Rabb-ku. :P
Pada sebuah garis batas aku berhenti dan menyadari. Dosa bukan untuk dipamerkan. Sekalipun dengan begitu menunjukkan betapa hebatnya aku bangkit dari keterpurukan. Semoga ini benar.
Target yang belum terpenuhi? O, banyak. Kau tahu, terkadang aku bingung dengan diriku ini. Melihat kegagalan seseorang, aku inferior. Bagaimana bila usahaku gagal dan aku lebih terpuruk? Menyaksikan keberhasilan seseorang, bagaimana bila aku berusaha lebih namun tak berhasil seperti dia? Astaghfirullah...
Selama ini aku merasa hidupku berjalan mulus. Tidak-atau belum menemui ketegangan yang cukup menggoncang. Membandingkan dengan yang dialami kawan-kawan. Well, hidupku tidak se-fluktuatif mereka. Ah, ini dia, mengapa harus membandingkan dengan orang lain? Betul!
Entah kenapa, akhir-akhir ini fisikku cepat lelah. Pasca liburan yang lumayan menguras tenaga kah? Tak tahu. Apa selaras dengan “ujian” beberapa bulan terakhir? Capek pikiran, iya. Sepertinya akhir tingkat tiga, ujian (atau godaan?) hampir sama dengan awal lulus dari pesantren. Cukup mengganggu konsentrasi memang. Tapi ah... yang penting belum ada yang benar-benar nyangkut di hati. Saya tidak mau setia pada seseorang yang tidak pasti. Eits!
Kalau mau jujur juga, ada janji yang masih saya nantikan hari ini. Tapi hm, sepertinya si empunya janji sudah pergi. Apa yang ia janjikan? Saya juga tidak tahu. Biarlah. Karena saya juga punya hutang tulisan sama dia, tapi belum saya selesaikan. Buatku, yang wajib adalah menepati janjiku. Meski terkadang memenuhi hal itu cukup kepayahan, jika sudah begitu aku akan jujur,”maaf, saya tidak bisa tepati janji saya”. Dari pada melenggang tanpa ucapan maaf, itu kan pecundang. Betul?
Satu hal lagi yang amat saya gembirakan akhir-akhir ini. Keluargaku merindukanku.
Aku tahu mereka rindu. Seperti rindunya saya. Tapi mendengar kata “I miss U” dari kakak adikku, semakin aku sadar, “Aku cinta kalian karena Alloh”. Semoga cinta ini cinta yang abadi, hingga ke surga nanti. Amin.
Wal akhir, terima kasih untuk semua orang di sekitarku. Mereka mampu bertahan di sekeliling, dengan egoisme-ku yang menyebalkan. semoga saya terus dapat perbaiki diri. Semoga, semakin hari Alloh ta’ala semakin menyayangi aku, kamu, mereka dan... dia. ^_^
Amin.

                                                                                                                Cairo, pagi
Summer yang menyejukkan,06:52
26 Juni 2014