bismillah
Iya, tidak terasa waktu begitu
cepat saya tercengang saat tahu umur Abi sudah 48 tahun ini. padahal pertama
saya hitung, saat itu Abi tercinta masih 35
T0T. begitu pula saya yang 25 Dzulhijjah 1412 lahir ke dunia. Aii..
janganlah pakai kalender Hijriyah, makin tua saya nanti… (^_^)
Satu pertanyaan yang tiba-tiba
terngiang, apakah Ainun telah berubah?
Pertanyaannya terlalu mutlaq,
butuh di taqyiiid –klo kata anak2 syareah-. Tapi jujur, perubahan-perubahan itu
terjadi, dan saya begitu merasakannya. Mulai dari egoisme tingkat dewa beserta
keberanian membara sewaktu SD, hal itu semakin pudar seiring berjalannya waktu.
Iya, mau tak mau semua terasa di
masa puber, saat saya masuk pesantren dan bertemu plus berinteraksi 24 jam
dengan teman-teman dari berbagai pelosok tanah air. Ya. Semakin saya bertemu
kawan dan orang-orang dari bermacam suku dan kebangsaan, semakin saya-mau tak
mau- berubah.
Mungkin kawan-kawan semasa di pesantren
akan terkejut, saya yang dulunya-menurut pengakuan someone- ditakuti (terutama
santriwan) sekarang lebih bisa luwes bicara dengan siapa saja (kecuali
orang-orang yang terlanjur mendapat stigma “kurang sopan” di mata saya).
Saya yang awalnya merasa dunia ini
“satu” mulai melihat ternyata dalam “satu” itu ada ribuan warna. Ai.. terlalu
banyak perubahan-perubahan yang telah mengubah pandangan saya. dan semua
berintegrasi dalam berbagai hal; selera, kesadaran berpikir, hobi, juga tingkat
loyalitas dan stress (lho? Eh, tapi ini jujur kok)
Baru saja saya buka file lama,
termasuk 50 impian yang saya tulis sebelum pergi ke bumi Kinanah ini. iya,
banyak yang belum terlaksana dan.. entahlah. Setidaknya ada hal lucu yang baru
saya sadari; betapa jiwa kekanakan saya nampak jelas. Saya sendiri tak tahu apa
yang saat itu ada dalam pikiran saya sehingga menaruh impian untuk mengunjungi
piramid dan spink (sudah terlaksana di awal tahun 2012) pada urutan 40.
Sementara impian untuk sekedar pergi ke Dufan saya taruh pada urutan ke 19.
Hihi. Faktanya hingga saat ini impian no 19 itu belum terlaksana atau
justru-kalau boleh- saya ganti dengan Dream Parknya Mesir.
Ala kulli hal, harapan dan impian
itu masih ada; -meski saya bukan backpacker sejati- saya ingin keliling dunia,
mereguk tiap pesona alam dan mentadaburi ayat Kauniyah Nya.
Sekalipun terlalu banyak impian
yang belum terwujud, saya percaya Allah akan beri yang terbaik. Seperti
cita-cita besar saya dahulu; kalau nggak jadi ahi nuklir, ya minimal dokter.
Hwe.. melenceng ke mana itu, Mbak???
Pun demikian, masih banyak impian
yang tidak seutuhnya terpenuhi. Nantinya saya akan coba penuhi itu, mungkin
tidak semua sekaligus, tapi satu demi satu. iya, perlahan saja. Sambil
dinikmati, sekalipun itu hal yang cukup sulit bagi seorang yang tidak sabaran
macam saya. he
Dan kini, saya tengah dihadapkan
pada soal-soal yang sulit untuk dijawab. Pertanyaan yang selama ini menunggu
jawaban, namun harus saya pending demi sesuatu yang telah setengah saya
kultuskan; prinsip. Di antara jawaban itu, tentu ada pahit manisnya. Dan
masing-masing membawa konsekwensi yang saya hadapi, juga melibatkan banyak
orang.
Iya, sebab di antara
jawaban-jawaban itu, terkadang bagi saya cukup jelas, namun ternyata tidak bagi
orang lain. ujung-ujungnya, jawaban itu menjadi multitafsir, dan mungkin saja
sang penafsir mentakwil sesuka hati. Bukan salah pula hal itu. saya pikir tiap
orang punya hak, namun juga dengan konsekwensi yang harus ditanggung.
Pada akhirnya, saya mengakui
sekaligus tersadar. Sebuah kesadaran yang telah saya ketahui semenjak Sekolah
Dasar dan ingin saya merubahnya. Namun hingga kini hal itu belum bisa
terlaksana; satu, tentang rasa percaya diri. Dua, saya bukan orang yang ahli
dalam berkomunikasi.
Meski demikian, saya tidak ingin
apatis. Meski dalam pikiran-pikiran yang terus menggedor kepala itu ada banyak
waktu terbuang, konsentrasi yang terkorupsi dan perasaan tertekan yang seolah
tiada jeda. Di depan saya ada tugas-tugas yang –ah, terkadang saya benci kenapa
dalam hal tertentu saya menjadi seorang loyalis dan penurut yang baik- harus
diselesaikan. Meski yah.. mungkin tidak sesempurna yang diharapkan. Tak apa.
bukankah… lebih baik telat daripada telat banget?
Ala kulli hal, jazakumullah khoiro
untuk semua doa n ucapan teman2, adek2, kakak2 (ehm), baik via WA, inbox (erm…),
maupun status (eh). Maaf juga untuk beberapa yang sudah saya buat sakit hati
atau saya kecewakan.
*jika anda bingung dengan tulisan
ini, maka high five. Me too!
Cairo, mengawali usia baru, 27 Juni 2015
eits? |