bismillah
Besok saya
akan menikah-in syaallah.
Setelah melalui
proses-proses yang terkadang sangat di luar praduga sekaligus rencana. Yang tak
bisa saya tampik, telah membuat saya meninggalkan banyak hal; amanah, tugas,
rencana dan beberapa target. Ala kulli hal saya mengakui kekhilafan itu, dan
semoga pihak-pihak yang terkait mampu memaafkan keinsafan diri ini (lho, ngarep
banget..).
Sejak lama
saya ingin menulis dan berbagi isi pikiran. Menyusunnya dalam rangkaian kata
ala diri sendiri saat mood itu terbentuk. Tapi hm… akhirnya di hari -1 H, baru
jemari saya sembunyi2 menari dalam kamar seorang diri. di tengah kesibukan
mempersiapkan esok dan acara selanjutnya, sebenarnya saya ingin berbagi tentang
rasa-rasa mengecap udara Indonesia setelah 4 tahun tak bersua. Walau jika
menurut hitungan tahun matahari, belum sampai 4 tahun saya merantau di bumi Mesir.
Tapi ternyata,
rasa itu bercampur aduk dengan even esok hari-sekali lagi, in syaallah- saya akan
menggenapkan separuh dien. Hal ini pula yang ternyata membuat konsep “liburan”
yang selama ini saya idam-idamkan sedikit (kalau tak boleh bilang banyak. Hiks)berubah.
Iya, liburan
itu bukan dengan arum jeram, naik gunung ataupun snorkling. Melainkan, menjahit
baju (apa gaun ya?) beserta beberapa aksesoris pernikahan lain, memasak, melipat
dan menyebarkan undangan, souvenir, berberes-beres rumah daaan sebagainya.
Ada suka duka
yang berlapis-lapis dan silih berganti. Terkadang air mata bahagia berselingan
dengan kekhawatiran dan rasa lelah. Meskipun Ummi adalah yang tersibuk dan
pusat segala persiapan nikah, walimah dan penyambutan tamu jauh, beberapa hal
cukup menguras tenaga. Abi yang tiba-tiba jatuh sakit dan saudara laki-laki
yang jauh ataupun tengah sibuk dengan khidmahnya.
Dengan begitu,
bagi saya, tidak ada istilah anak laki-laki atau perempuan. Saya adalah
keduanya. Mulai dari urusan dapur, pakaian, memasang lampu, angkat galon, hingga
mengantar kasur, harus saya kerjakan. Dengan
kata lain pula, tidak ada istilah “dipingit”.
Yang patut
saya syukuri dari hal itu, adalah kebiasaan saya yang tidak membedakan apakah
sesuatu itu pekerjaan laki-laki atau perempuan. Selama itu mampu saya lakukan,
maka akan saya lakukan. Sebenarnya ada hal yang cukup menarik buat saya; ketika
mas saya pulang, ada bangkai cicak di dekat rak buku. Begitu abi perintahkan
mas buat membuangnya, ia justru beringsut dan memohon pada saya untuk
mengambilnya. Kalau boleh saya terjemahkan mimik wajahnya, “Plis, Nun. Tolong
buangin cicak itu… aku jijik bangeeeet.”
Lho.. malah
crita itu tho…
Pada awalnya
saya ingin fokus pada bagaimana perasaan menjelang hari H. satu pertanyaan,”Deg-degan
gak sih?” tentu jawabnya iya. Masalahnya adalah waktu, kapan itu dag dig dug
nya? Pertama, ketika saya masih di Kairo dan si dia melamar ke rumah di Solo. Selepas
itu kok ya… biasa saja ya. Hehe. Bahkan saat beberapa kawan menanyakan,”H min
berapa Nun dari sekarang?” nah, saya malah hitung jari sambil mikir. Benar-benar
ndak ingat. Bukan karena apa, tapi ya itu lho, namanya persiapan pulang itu
ternyata banyak yang harus dipikir dan dijalankan. Kemudian ijroat dan bermacam
persiapan juga menguras tenaga dan pikiran hingga masalah hati kadang
terlupakan (kadang aja lho ya, deg2an ndak dipungkiri, meski itu kecil sekali).
Namun di awal
kepulangan, saya sempat agak stress juga. Antara bingung, tidak yakin dan
keragu-raguan yang kadang menyusup itu ada. kenapa harus dia apakah keputusan
di saat ini telah tepat? Apakah saya sudah siap? Dan banyaaak lagi. Hal yang
seringkali juga diceritakan beberapa teman yang pernah mengalami. Imbasnya memang
tidak hanyak ke psikis, tapi ke fisik juga. Saya lho, yang selama 4 tahun di
Kairo hanya sekali kena sariawan, begitu pulang langsung panen. (hehe). Belum pula
batuk yang hingga sebulan tidak sembuh2.
Lho, nyasar
lagi tulisan ini. deg-deg an yang kedua saya rasakan kemarin. Jika selama ini
bayangan si dia hanya ada dalam fantasi dan memori berbulan-bulan silam,
tiba-tiba malam kemarin fantasi itu hilang dan terganti dengan sebuah
kenyataan; iya Nun. Dia dan keluarganya telah tiba di sini, di Solo, di
rumahmu! Iya, yang kau lihat dengan sekilas-sekilas dan kau hindari tatapan
matanya itu ada di depanmu! Itu calon suamimu!
DUAARR!!!
Hehe. Lebay sedikit
tak apa ya…
Bismillah,
besok saya akan menikah, tidak jomblo lagi tahun 2015 ini.
Semoga niatan
kami ini adalah niatan untuk beribadah. Amin. Doanya ya….
Solo,
9 jam menuju Akad