bismillah
Berbeda dengan lingkungan masisir
yang lain.
Ketika awal saya bergabung dengan
PMIK (Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo), apa yang saya jumpai sungguh
mengejutkan. Mengingatkan saya pada pondok pesantren yang begitu disiplin dalam
banyak hal. Baik dari segi ibadah maupun muamalah.
Jika di komunitas lain, masisir
membiasakan sholat berjamaah bukan sebagai prioritas utama. Di sini tidak!
Biasanya terdapat asap rokok (yang amat sangat saya benci sekali), o... jangan
harap anda menemukannya di PMIK. Ya, di sini saya jumpai fenomena lain (kecuali
almamater lho ya, alumnus Ngruki orangnya hanif-hanif deh!). sholat di awal
waktu, tidak ada bising musik jahiliy, hubungan ikhwan akhwat yang terjaga
(meski dalam pandangan saya, hal ini masih terlalu bebas, setidaknya berbeda
lah dengan komunitas dan organisasi lainnya), hingga disiplin waktu. Bener-bener
deh, pengen rasanya manjat ke lantai lima supaya tiap kumpul bisa on time..
Beberapa pesan senior PMIK saat
upgrading kemarin dengan tema,”lintas generasi, lintas kreasi”, untuk
benar-benar memanfaatkan segala apa yang ada di PMIK. Baik itu fasilitas maupun
komunitas yang ada. Karena tidak setiap anggota PMIK mampu menjadi seorang PMIKers
sejati. Hal itu pula yang menjadikan banyak senior yang begitu betah bertahun-tahun
bergabung dengan Perpustakaan yang kini berada di bawah naungan Wisma
Nusantara.
Jika biasanya orang-orang
menggunakan motivasi “keluar dari zona nyaman, dan pergilah ke hataman badai
agar menjadi pribadi yang tangguh”, maka pesan senior berdarah Sunda ini justru
sedikit berbalik. “Kalau ada fasilitas nyaman yang bisa dimanfaatkan, gunakan
saja untuk membentuk pribadi tangguh”. Itu karena fasilitas di PMIK begitu
lengkap dan memadai. Mulai dari ruangan berAC hingga peralatan rumah tangga,
semua ada.
Satu hal lagi yang saya jumpai di
PMIK, yaitu selera humor anggotanya. Sehingga membuat saya yang masih “gress”
tidak merasakan suasana yang begitu kaku. Tentu dengan joke-joke ringan bermutu
dan tidak over seperti halnya yang sering saya temui di komunitas
masisir lain.
Selepas upgrading, saya yang
ditugaskan di Binadata (Bidang Pengadaan dan Pendataan Bahan Pustaka) langsung
praktek menghadapi pendataan buku-buku yang baru masuk perpustakaan. Mulai dari
cara menyetampel buku, menulis no inventaris dan no seri, hingga komputerisasi.
Nah, saya dapat bagian mengurusi buku-buku berbahasa Arab bersama seorang
mahasiswa Aceh. Sedang dua teman asrama lain dapat bagian buku-buku berbahasa
Indonesia dan Inggris serta tesis dan majalah.
Saya di ajak ta’aruf dengan koleksi
buku berbahasa Arab yang memiliki 6 rak. Di jelaskan tentang bagian penempatan
sampai anjuran mencatat buku yang sering dicari pengunjung, agar nantinya
menjadi masukan bagi PMIK untuk membeli buku tersebut ketika ada Pameran Buku.
“Nanti sering-sering aja
keliling rak pakai kursi jalan, sambil lihat-lihat letak buku.” Pesan seorang
senior Binadata.
‘ala kulli hal, kesan
pertama di PMIK begitu menggoda. Selanjutnya...kita lihat saja nanti!
Allohumma inni as-aluka ‘ilman
nafi’an.