bismillah
di dunia ini banyak permasalahan yang lebih layak dibahas ketimbang 'diri sendiri'. Entah anda sepakat atau tidak, buat saya, apapun itu, selama bisa diambil hikmahnya, why not?
di dunia ini banyak permasalahan yang lebih layak dibahas ketimbang 'diri sendiri'. Entah anda sepakat atau tidak, buat saya, apapun itu, selama bisa diambil hikmahnya, why not?
Saya lelah.
Menurut saya, beberapa kawan
irresponsible. Itu yang membuat saya frustasi.
Sedikit-sedikit mengeluh, lalu
marah. Saya kira stok kesabaran sudah habis. Namun setelah dipikir ulang, tidak
seberapa besar kesalahan di sisi kawan-kawan. Saya merasa setiap usaha saya
harus berbuah manis. Seperti mangga yang manis dipohonnya. Tak boleh ada ulat
yang berpesta dalam istana buah.
Padahal harapan
seperti itu mustahil terus-menerus terjadi. Terlebih dalam kerja tim. Saya tak
mungkin memaksa orang lain-yang berbeda prioritas dan sudut pandang- mengikuti
apa mau saya.
Saya menyalahkan
kawan. Padahal sebenarnya itu adalah ekspresi ketidakpuasan pada hasil kerja
saya yang-rasanya- tidak dihargai.
Lalu saya
teringat Ummi saat berkata pada seorang asing yag bertanya perihal saya. “Ainun
ini sifatnya masih kekanakan,” Benar, saya tak pernah berontak pada statemen
itu. tapi bukan karena paham betul. Karena baru sekarang saya mulai sadar. Sifat
kekanakan saya, ya di sini. Selalu ingin idealita menjadi realita. Padahal dunia
bukan milik saya seorang.
Saya tak ingin
diam dan tidak berbuat. Pembenahan selalu saya usahakan. Dengan begitu
akselerasi kebaikan diri tak boleh putus. Mindset saya harus dirubah, sesekali boleh
juga saya jatuh, untuk tahu rasa kegagalan itu bagaimana. Karena seorang senior
pernah bilang, salah satu yang membuat Firaun menjadi ‘firaun’ adalah perasaan
tak pernah gagal.
Dan...
Agak-agaknya saya menyadari
sesuatu,
Saya belum siap menerima orang
lain di sisi saya.
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ
"...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah..." (QS Yusuf:87)
No comments:
Post a Comment