Thursday 8 January 2015

Merelakan Kau Pergi

bismillah

Belum sempat kusapa, purnama sudah lewat. Ujian Termin 1 yang memaksaku. Maka di sisa “sempurna”nya aku ingin bercerita. Ada beberapa, tapi aku tak tahu bagaimana merangkainya. Kekesalan atas beberapa masalah, kegalauan beberapa kawan di tengah ujian, kematian Snowwhite? Ah, tepat di kalimat ini, aku menitikkan air mata. Barusaja aku diberitahu, Goro meninggal. Kucing menggemaskan yang paling penurut itu… Innalillah.



Beberapa hari lalu keduanya nampak sakit. Hanya meringkuk, tak mau makan, minum susu pun harus kami paksa pakai dot bayi. Tak lama kemudian Snowwhite mati. Selepas kepergiannya, aku berharap Goro mengalami nasib lain. Kembali sehat. Apalagi ia nampak semakin bugar. Pun pagi tadi ia mau minum susu yang diberi kawan Thailand. Beberapa hari ini ia tidur meringkuk di depan kamarku. Aku pun harus relameminjam sandal kawan, karena punyaku ia tindih untuk hangatkan badan. Terkadang Gembrot dan saudara tirinya, Ichi datang menjenguk. Mengajak bermain atau sekedar tempelkan badan dan tidur bersama saling menghangatkan.
Tadi, sebelum aku berangkat ujian, Goro nampak kedinginan, maka kuberi alas kardus dan kuselimuti ia dengan kain. Ia nampak baik-baik saja. Ah, tidak. Ia nampak lebih sehat dari kemarin. Bahkan ia sempat meloncat ke bawah ranjang, lalu ku keluarkan,”Anak sholeh, keluar yah… kamu sedang sakit, bukan di sini tempatnya,”
Mungkin ada yang berpikir aku setengah sinting. Tapi aku suka berbicara bahkan mengobrol lama dengan kucing-kucing di lorong kami. Tapi untuk Goro, nyatanya hari ini Allah beri takdir lain.
Goro…
Tiba-tiba aku rindu sambutan hangatmu saat aku dating. Di ujung tangga menuju lorong kau biasa berjingkat dan berlarian mengejarku. Saat ku buka pintu dapur, kau satu-satunya yang menelusup cepat lalu berkelendot manja di kakiku. Tepat saat kau tahu bahwa aku akan membuka kulkas.
Goro, aku rindu kau berebut makanan dengan kawan-kawanmu. Saat kau begitu semangat berdiri dengan dua kaki, tak sabar menanti remah keju yang sedang kubuka. Aku rindu dengan cakar mungilmu yang tak sengaja menembus baju dan membuatku tersentak. Kau yang penurut saat ku mainkan bagai boneka, kupeluk dan ku goda saat tidurpun, kau diam saja.
Ah, apa kau ingat bagaimana kau bertahan hidup di musim panas kemarin? Bagaimana kami sengaja membagi susu asrama saat sahur demi kalian yang piatu? Juga saat kami rela kekurangan penerangan dan menjaga suara agar tidak mengganggu tidur nyenyak kalian?
Goro, Snowwhite, 7  purnama bersama kalian adalah hari-hari yang tak mudah kami lupakan. Maaf, aku tidak selalu peduli saat kalian merengek kelaparan. Maaf, aku pernah membentak kasar saat kalian mengacak-acak kamar yang baru saja ku rapikan. Maaf, sempat mendorong kasar saat kalian melompat ke atas meja dapur. Maaf, karena baru sekarang aku sadar, betapa kalian adalah bagian dari hari-hariku di Kairo.
Aku berduka atas kepergian kalian, namun terima kasih. Setidaknya untuk satu hal. Sesuatu terasa berharga saat kita kehilangannya.
Goro, Snowwhite, aku akan ikhlaskan kalian.
Aku ucapkan, selamat jalan…

                                                             Puncak Winter (feel 2 Derajat)
               Kairo, 8 Jan 2015

No comments:

Post a Comment