Bismillahirrahmanirrahim
Jamaah Pertama
Sebelum jamaah haji tiba, sebagai
orang yang baru pertama kali tiba di kota Mekkah, saya dibayangi rasa was-was. Jika
untuk diri sendiri saja masih belum menguasai area Masjidil Haram yang sangat
luas itu, bagaimana nantinya saya melaksanakan tugas; melayani, melindungi dan
membimbing para jamaah haji?
Namun semua petugas “senior” yang
pernah bertugas sebelumnya, selalu memiliki jawaban yang sama,”Nanti kalau
sudah terjun di lapangan juga tahu sendiri, Mbak”. Dan saya hanya bisa nyengir
untuk merespos jawaban semacam ini.
Petugas Haji Mengarahkan Jamaah |
Saat belum ada jamaah yang
datang, saya sudah melaksanakan umroh untuk haji Tamattu. Dari situ saya
benar-benar memahami kenapa jamaah tersesat itu hal biasa. Pertama kali saya
umroh, bahkan untuk mencari “pilar hijau” tanda permulaan tawaf saja, saya kebingungan.
Saya sempat salah mengira bahwa Rukun Yamani adalah Hajar Aswad. Bagaimana dengan
jamaah yang sudah sepuh dan terpisah rombongan? Hm…
Jamaah Pertama
Hari pertama bertugas dalam area
Masjidil Haram, saya dapat tugas selama 12 jam untuk stand by di pos-pos
tertentu dalam area Masjid. Sudah menjelang selesai bertugas, seorang petugas
wanita dari unsur Polisi membawa seorang jamaah laki-laki yang masih muda. Saya
perkirakan berumur 40an tahun. Ia mendatangi kami yang berjaga di pos Marwa
sembari memberi isyarat mata, bahwa jamaah tersebut mentalnya terganggu.
Walau sudah pernah diberitahu
bahwa kemungkinan adanya jamaah haji yang “disorientasi” itu ada, dan bagi yang
bertugas di Sektor Masjidil Haram, pasti pernah menghadapinya. Namun saya agak
terkejut, karena jamaah haji yang satu ini terbilang cukup muda. Biasanya gangguan
mental ataupun disorientasi lebih banyak dialami jamaah haji yang sudah sepuh.
Dari penjelasan petugas tadi,
ternyata jamaah tersebut terpisah rombongan, tersesat, sedikit mengalami
gangguan mental dan juga memiliki riwayat jantung serta -ia sudah tawaf namun
belum melaksanakan Sa’i!
Mas'aa lantai 2 saat sepi jamaah |
Saya pun menawarkan diri untuk
membantu sang jamaah untuk Sa’i, karena itu memang bagian dari tugas kami
sebagai petugas haji. Saya berjalan bersama jamaah tersebut menuju area mas’aa.
Sembari saya ajak berkomunikasi, dan mengedukasi seputar tata cara dan tuntunan
melaksanakan sa’i.
“Bapak sanggup Sa’I sendiri kan
ya ,Pak. Saya tunggu di sini ya (bukit Marwa)” Ujar saya.
Bapak itu tersenyum sembari dua
matanya menyipit,”Jangan, Mbak. Saya ada sakit jantung nih”.
Akhirnya saya temani Bapak itu
melaksanakan Sa’i. Karena kami masuk dari bukit Marwa, artinya Sa’I baru dimulai
setelah kami sampai di bukit Safa. Lumayan lah jaraknya, 450 meter. Kalau plus
Sa’i, total 3,5 KM. huhu
Inilah kenapa muncul anekdot di
antara para petugas Seksus (Sektor Khusus) Masjidil Haram, “Andai ada namanya {Sa’i
Sunnah} sebagaimana tawaf sunnah”. Itu karena seringnya kami terpaksa ikut Sa’i
ketika jamaah ingin ditemani. Padahal sekali Sa’I, dengan jalan normal, tanpa
istirahat, bisa makan waktu 30 menit-an.
Pintu Keluar Marwa lantai 1, titik poin jamaah selesai Sa'i |
Masalah Rumah Tangga
Sembari berjalan menuju Safa,
saya ajak mengobrol. Ternyata beliau orang Aceh, istrinya orang Bekasi. Sudah
lama menetap di Bekasi. Saya pun bilang, “Oh, suami lon ureng Aceh. Lon
Ureung Solo”. Beliau pun ajak saya bicara bahasa Aceh. Dan saya hanya bisa tersenyum
sambil bilang,”Lon hanjeut basa Aceh.” Saya nggak bisa bahasa Aceh.
Bapak itu bercerita pada saya,
bahwa ia sedang ada masalah rumah tangga. Saat ini ia dan istrinya sedang tidak
akur dan berencana untuk cerai. Ia bercerita panjang lebar soal rasa kesalnya
dengan sang istri. Lah… malah curhat! Saya hanya menanggapi, “sabar ya, Pak,
semoga masalahnya tuntas.”
Setelah beberapa kali bolak balik
Safa Marwa, ia nampak menguasai area Mas’aa. “Bapak, Sa’I sendiri sanggup ya
pak, saya tunggu di Marwa. Kalau sudah selesai nanti tahalul.”. Alhamdulillah
beliau mau Sa’i sendiri.
Saat itu, tiba-tiba seorang
jamaah wanita Indonesia mendekati kami, tiba-tiba ia merangkul Bapak tersebut,
setelah melihat saya yang berseragam petugas, ia pun menertawakan Bapak itu. “Haha.. kamu nyasar ya…”.
Saya sedikit terhenyak. Mungkinkah
itu istri dari jamaah yang saya bimbing sa’i?
“Bu, Bapaknya belum selesai Sa’I,
baru 3 kali.” Kata saya.
“Oh, Ya. Lanjut dulu Sa’I nya ya…”
Tak lama berselang, beberapa
jamaah mendatangi saya. Setelah bapak itu melanjutkan Sa’I sendiri, beberapa
jamaah laki-laki dan perempuan yang ternyata satu rombongan dengan Bapak itu
bilang,”Bapak tadi suaminya Ibu itu,” sembari menunjuk jamaah wanita yang tadi
menertawakan sang Bapak. “Orangnya agak sakit (mental) memang, tadi terpisah
rombongan kami.”
Sembari menunggu Bapak tadi
selesai Sa’i, saya mencoba mencerna apa yang terjadi. Justru seperti ada rasa
bersalah telah mempertemukan Bapak itu dengan rombongan. Karena rupanya sang
Istri ada dalam rombongan tersebut. Sebelumnya saya kira Istrinya tidak ikut
Haji. Dan melihat respon sang istri ketika tahu suaminya tersesat, justru
ditertawakan. Hmm…
Akhirnya Bapak itu selesai
melaksanakan Sa’I dan Tahalul, alhamdulillah rombongannya pun mau menunggunya
sehingga bisa pulang ke hotel dengan rombongan utuh seperti semula.
Jamaah Haji Indonesia keluar dari pintu Marwa Lantai 1 |
Saya dan rombongan itu akhirnya
keluar dari pintu Marwa. Masing-masing mengeluarkan sandal maupun sepatu yang
dibawa. Bapak itu tiba-tiba mendekati saya, tangannya terulur mencoba
memberikan sesuatu untuk saya. Dalam genggamannya ada beberapa lembar Rupiah
berwarna biru yang sengaja dilipat.
“Oh, nggak perlu, Pak. Ini sudah
tugas saya.” Saya mencoba menolak secara halus.
Jamaah lain ikut berkomentar,”Nggak
apa, Mbak, ambil saja.”
“Saya sudah ada yang gaji loh,
Pak. Nggak perlu, buat infaq ke yang lain saja.” Saya keukeuh menolak.
Akhirnya ia mengembalikan Rupiah
itu ke sakunya, sambil berjalan menuju terminal Ajyad, rombongan itu pamit dan berterima
kasih pada saya.
Dalam hati saya berdoa agar Bapak
itu lekas sembuh dan permasalahan rumah tangganya terselesaikan.
Amin.
*Mengenang Musim Haji 1440 H / 2019 M
*Mengenang Musim Haji 1440 H / 2019 M
No comments:
Post a Comment