bismillah
Dhuha waktu Cairo.
Aku tengah melintas depan taman
asrama, ketika teriakan seorang ablah sedikit menarik perhatianku. Aku
berhenti. Menyapa salah seorang kakak tingkat yang tengah belajar di depan
taman. Dan tak lama kemudian, ablah –yang tadi berteriak mengumumkan sesuatu di
gedung asrama 5 menyambangi kami.
“Ayo, ikut seminar di ACC, (Al
Azhar Conference Center). Mobil jemputan menunggu!”
Rasanya tak perlu memasang pengeras
suara dalam asrama. Karena suara ablah sudah lebih dari cukup. Hehe. “Imta ya
ablah?” Tanya seorang mahasiswi dari lantai 3. Kapan, ablah?
“Dilwa’ti ya bint!!”
Sekarang.
Mulanya aku tak begitu tertarik.
Meski aku tahu, ada Grand Syaikh Al Azhar dalam seminar itu. Tapi seorang kawan
Nampak antusias, sehingga aku pun ikut tertarik untuk ikut. Toh, selama ini aku
tidak pernah melihat langsung Grand Syaikh Al Azhar, yang konon –kata
teman-teman sih, diberlakukan lebih dari layaknya Presiden Mesir.
Mobil asrama menjemput. Kupikir
kami dijemput dengan otobus, ternyata hanya mobil biasa dengan kapasitas 15
orang.
Jalanan cukup lenggang. Arus lalu
lintas tidak padat seperti hari-hari biasanya. Karena hari ini adalah hari
buruh. Labour Day. Tidak heran Ammu memacu mobil dengan kencangnya.
Sampai-sampai saat melewati polisi tidur, kami –nyaris serempak berteriak,
“Wuoo..!!”
Sampai di depan gedung ACC, banyak
massa berkerumun. Sebagian memberi kami selebaran, berisi sejumlah tuntutan
tentang al azhar. Massa cukup banyak di luar, sampai-sampai kami harus di antar
hingga tepat di depan karpet merah. Wuiih, bak para putri kerajaan…
Kami cukup beruntung, karena tidak
sembarang mahasiswi bisa mengikuti Muktamar yang melibatkan Grand Syaikh DR
Ahmad Thayyib, terlebih mahasiswi asing. Tapi, itulah kelebihan kami yang
tinggal di asrama al azhar. Pakai antar jemput pula. Jadi, ala kulli hal Alhamdulillah.
Memasuki gedung ACC yang cukup
megah, di bimbing seorang ammu, akhirnya kami duduk di barisan agak belakang.
Tak apa. Mengingat semua yang hadir di Muktamar ini, mayoritas adalah Doktor-doktor
dan orang-orang penting Al Azhar. sedang kami, seperti anak kecil saja. Hihi…
Alhamdulillah, acara baru dimulai
saat kami datang. Sehingga pidato Grand Syaikh sempat kami simak. Di bagian
tengah, Nampak para reporter televise sibuk dengan kamera masing-masing. Di
bawakan pula beberapa pidato dari sejumlah masayikh, perwakilan menteri, juga
perwakilan mahasiswa lewat ketua BEM Al Azhar.
Di belakang kursi para masayikh,
sebuah spanduk besar terpampang, Al Mu’tamar al Ilmi haula Ar Ru’yah al
Mustaqbaliah Al Azhar As Syarif.
di depan gedung ACC pasca Muktamar |
Inti yang saya tangkap adalah,
bahwa Al Azhar mengalami kemunduran dalam perannya di kancah dunia. Dan yang
menjadi salah satu sebabnya ialah kekuasaan rezim Mubarak yang menguasai al
Azhar. padahal seharusnya al azhar adalah lembaga yang mustaqil, independen.
Dan sudah berkisar 60 tahun-an hal
tersebut berlangsung. Sehingga banyak permasalahan dalam tubuh al azhar yang
mengendap dan belum terselesaikan.
Maka tak heran, banyak tuntutan
dari massa di luar gedung. Pun beberapa kali sempat terjadi keributan oleh
peserta muktamar yang meneriakkan aspirasinya, tanpa ijin moderator. Persis
seperti keributan di gedung DPR. Dan hal itu tidak hanya sekali. Beberapa orang
juga sengaja membawa kertas lebar bertuliskan tuntutan mereka atas sejumlah
permasalahan, yang saya sendiri juga kurang tahu apa. Hehe… selain karena
tulisan yang jauh dari mata, kami kan “anak baru”. Hi…
Saya agak ‘ngeh’ ketika presiden
BEM al Azhar itu menyampaikan aspirasinya. Ya, dengan bahasanya yang to the
point –tidak terlalu nyastra, layaknya syeikh rektor fak. Bahasa yang menyitir
syair Ahmad Syauqi. juga penampilannya yang paling beda. Kaos, berlapis jas,
dan celana jins. Wuih, mahasiswa banget… ckck
Presiden BEM itu meminta agar
dengan adanya Muktamar ini, segala permasalahan dalam tubuh al Azhar segera
diselesaikan. Tidak harus selesai hari ini. Namun mungkin hingga 2 pekan
lamanya, terhitung mulai hari ini. Permasalahan Al Azhar harus diselesaikan.
Grand Syaikh langsung menanggapi.
Beliau sampaikan bahwa permasalahan dalam tubuh al Azhar cukup banyak. Sehingga
tidak mungkin menyelesaikannya dalam waktu 2 pekan. Namun beliau menyampaikan
bahwa dengan adanya Muktamar ini, maka penyelesaian masalah dalam tubuh Al
Azhar As Syarif segera dimulai, dan butuh waktu hingga satu tahun lamanya.
Sebuah kalimat yang beliau
sampaikan mengundang tepuk tangan para peserta muktamar, “Lan yushliha al Azhar
illa al Azhariyyun..” Tidak ada yang bisa menyelesaikan permasalahan al Azhar
kecuali Azhariyyun…
Sementara moderator juga
mengingatkan, bahwa kiblat ummat Islam adalah Ka’bah Musyarrofah, sedang kiblat
ilmu Islam adalah Al Azhar As ASyarif.
Sebelum acara berakhir, sebuah
persembahan tilawah menutup acara Muktamar. Dibacakan oleh seorang pemuda
Afganistan, dengan jubah hijau kebiruannya.
Bakda Dhuhur, acara selesai,
dilanjutkan dengan makan siang. Namun saya dan seorang kawan harus meninggalkan
ruang Muktamar, karena kami akan menghadiri acara marhalah di kawasan Tubb
Ramli.
Ini pengalaman pertamaku
menyaksikan Muktamar yang dihadiri Grand Syaikh Al Azhar As Syarif. Sebagai
anak baru, Lumayan berkesan…
No comments:
Post a Comment