Saturday 30 June 2012

SURAT TUK SAHABATKU

bismillah

SURAT TUK SAHABATKU
Kau tahu, sekarang sepi itu benar-benar bertengger tanpa sedikitpun toleransi. Tanpamu. Serius.
Pernah aku merasakan hal itu, berbagi tanpa harus ada yang tersembunyi. Bercerita tanpa harus ada sekat yang membatasi ruang hati kita. Mungkin karena jalan kita searah. Meski berliku tapi sejalur. Hingga tanpa sedikitpun ragu, kita bisa saling membagi.
Atau… itu hanya egoku saja ya?
Kita tertawa, di saat benar-benar hati ingin tertawa. Menangis, menjerit, suka dan duka. Bagaimana bisa semua dalam satu rasa?
Sama, kawan. Kau bercerita dan aku pun jua. Kau mendengar dan di lain waktu aku pun begitu. Setidaknya porsi kita serasa seimbang. Bagaimana bisa aku menemukan sepertimu kembali? Ah, ini kehendak Rabb. Betul?
Aku baru mengerti, mengapa Ia masukkan kriteria “bertemu dan berpisah karena Alloh” itu satu dalam tujuh yang berada dalam naunganNya.
Cukup salah jika kau kira aku jauh mendahuluimu. Bahkan di mataku, kau Nampak semakin jauh melangkah ke depan. Sedang aku?
Ah, masa itu. Aku ingin kembali padanya. Kita kembali bercengkerama, kawan.
Bukan dengan cara bersahabat orang-orang biasa. Persahabatan kita unik. Terlalu unik. Bukan dengan curhat tiada habis berderai air mata. Bukan dengan kue dan lilin saat berulang tahun. Bukan dengan cara biasa…

Bagaimana bisa kita sempat bertemu?
Dengan kilasan waktu tiada sepanjang yang pernah terbersit dalam benakku.
Bisa kau antar aku kembali, kawan?
Bisa kau ajak aku bersama, sobat?
Karena, aku tak pernah lepas lega bertukar pikiran dengan selainmu. Selalu ada sekat. Selalu ada jalan lain yang membentur.
Lantas kawan, bisakah kita kembali?

No comments:

Post a Comment