bismillah
Mengawali Bulan Ramadhan yang full
berkah, sekaligus memanfaatkan peluang “agazah” alias ijin menginap di luar
asrama. Saya pergi ke rumah seoraqng senior di kawasan Tabbah, terhitung
pinggir Cairo. Dekat terminal akhir minibus dan sejumlah bus besar dengan nomor
tertentu. Entah mengapa Mahattah akhir tersebut dinamakan arba’ wan nush (4,5).
Memasuki perkampungan, banyak
umbul-umbul terpasang. Warna warni. Seperti menjelang HUT RI lah kalau di
Indonesia. Ini sih lebih penting dari pada HUT RI, Ramadhan euy!!!
Masih tanpa info apakah Ramadhan
tahun ini dimulai hari Jum’at atau sabtu, yang jelas tidak aka nada polemic
seputar penentuannya seperti di Indonesia. Begitu mendapat kabar dari Koran
online, bahwa Dar Ifta’ memutuskan bahwa Ramadhan dimulai pada hari Jum’at,
segera bakda Isya saya segera menuju masjid terdekat guna mengikuti sholat
tarawih.
Kebetulan senior-senior dan
seorang kawan di rumah tidak bisa menemani saya yang ingin benar-benar
merasakan bagaimana tarawih di Mesir. Maklum lha, ini Ramadhan pertama saya di
bumi kinanah. Berhubung adzan Isya telah berkumandang beberapa saat sebelumnya,
daripada sholat di rumah, saya putuskan untuk sholat di masjid terdekat.
Letaknya hanya beberapa meter dari rumah.
Setelah sholat Isya, sholat
tarawih dimulai. Raka’at pertama, mulai dari al Baqarah hingga seperdelapan
juz. Lantunan qiroah Hafs dari sang imam, cukup membuat telinga ini nyaman,
meski berada dalam ruangan sayyidat yang lumayan sempit. Sholatnya dua reka’at-
dua reka’at. Mengikuti hadist Rosululloh Shallallohu alaihi wa as salam,
“sholatul laili matsna…matsna”
Setelah mencapai setengah juz,
khutbah pun dimulai. Berbeda dengan di Indonesia yang biasanya di adakan
setelah reka’at yang kedelapan usai. Sang khatib berkhutbah dengan lantang dan
menggebu-gebu. Setidaknya, itu sudah biasa di kalangan masyarakat Mesir.
Khatib sedikit mengingatkan
jama’ah mengenai surat Al Baqarah yang tadi dibaca imam. Untuk siapa baqarah
itu disembelih! Yang berujung pada anjuran bagi jama’ah untuk terus berusaha
dalam mensucikan hati dalam bulan Ramadhan ini. Juga untuk meninggalkan hal
yang sia-sia. Seperti meninggalkan ‘musalsal’ dan sejenisnya. (waduuh…(^_^)”??)
dan tak lupa, beliau mengingatkan untuk terus mendoakan ikhwah kita yang tengah
berjuang melawan kedzoliman, wa bil khusus fi Suriah. Di akhir khutbahnya, ia
berdoa untuk kebaikan seluruh ummat Islam dan memohon pertolongan Alloh Ta’ala
untuk ikhkwah di Suriah khususnya. Sholat Tarawih berlanjut hingga selesai juz
1. Ditutup witir dengan qunut pada akhir reka’at. Sekali laghi, untuk ikhwah
yang di Suriah.
Dan ada hal baru yang saya rasa
agar berbeda. Entah apa. Namun memang sepertinya saya tidak sering merasakan
sholat tarawih sepanjang satu juz, langsung bakda Isya. Ya, mulai kecil di
masyarakat sekitar, belum pernah sholat tarawih di masjid kampung dengan bacaan
sepanjang satu juz. Beranjak di pesantren, iya, biasanya satu juz sekali
qiyamullail. Di sepertiga malam, bukan langsung bakda Isya. Pun ketika saya
masih kelas satu MTs dii pesantren, kami diwajibkan qiyamullail berjamah pada
dini hari. Sedang untuk periode selanjutnya, khusus anak kelas satu MTs ada
rukhsoh ‘keringanan’ untuk tarawih bakda ISya langsung.
Pun ketika sudah lulus pesantren,
biasanya saya ikut I’tikaf, dan tentu qiyamullail dengan satu juz (biasanya) di
sepertiga malam. Jadi, kalau untuk tarawih satu juz, bakda sholat Isya
langsung, jarang sekali saya rasakan.
Ala kulli hal Alhamdulillah.
Semoga malam-malam berikutnya mendapat kesempatan untuk sholat di masjid yang
berbeda-beda. Agar merasakan sholat tarawih yang berbeda pula. Karena bacaan imam satu masjid dengan masjid
lainnya berbeda-beda. Dan hal itu sudah menjadi kebiasaan. Sebagaimana halnya
yang saya ikuti di masjid kampung Tabbah tersebut, itu termasuk yang cepat
bacaannya, karena jam sebelas sudah selesai.
Sekian dulu sedikit yang saya
alami pada malam pertama bulan Ramadhan di Cairo. Semoga disempurnakan
pertemuan dengan Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Amin.
No comments:
Post a Comment