Tuesday 24 July 2012

Malam kedua

bismillah

Malam kedua dan ketiga, saya memilih untuk sholat tarawih di masjid Ma’shorowi. Tidak terlalu jauh dari rumah memang. Tapi entah kenapa, di hari kedua saya dan seorang kawan tidak menemukan satu bus pun yang beroperasi. Hanya satu minibus yang baru dating. Berjalan hingga pasar Tabbah pun, tidak satupun tramco yang bisa dinaiki. Penuh.
Akhirnya, sembari menunggu taksi lewat –barangkali ada- kami berjalan. Alhamdulillah jalanan tidak terlalu becek (heran deh, bagaimana sih sanitasinya, masak musim panas begini, bisa-bisanya becek?) saying beribu saying, mau naik taksi, lampu hijau yang menghiasi menara masjid sudah terlihat. Paling 100 meter di depan. Yup, akhirnya jalan deh.
Sampai di tempat sayyidat, alhamdulilllah masih kebagian tempat. Kami sholat Isya (telat euy). Seperti biasa, sholat tarawih, total delapan rekaat, empat kali sholat, masing-masing dua reka’at. Selesai rekaat keempat, diisi khutbah, dan berakhir dengan witir dan qunut.
Ada beberapa yang beda di masjid sekaligus Markas Hifdzul Quran al Ma’shorowi ini, dari delapan reka’at itu, sholat isya dan empat reka’at pertama di imami seorang syeh dan rekaat selanjutnya plus witir di imami oleh syekh yang berbeda. Juga witir di sana tidak langsung 3 reka’at melainkan 2 rekaat lalu 1 reka’at. Tempat sayyidat pun jauh lebih luas di banding masjid-masjid di perkampungan (iyalah!)
Sang khatib mengulas satu ayat. Ayat ke 31 dari surat Al-a’raf. Tentang berpakaian, ketika menuju masjid beserta adab-adabnya. Beliau juga menceritakan bagaimana Imam Malik saat mengajar, di mana beliau memakai pakaian yang bersih dan terpilih. Tidak lain karena sikap hormatnya kepada hadist-hadist Rosululloh shallallohu alaihi wa sallam. Khotib juga mengingatkan untuk tidak israf, atau berlebih-lebihan dalam memenuhi perut. Karena tidak ada wadah dalam keturunan Adam yang paling buruk kecuali perutnya. Dan beliau juga menyitir hadist Rosululloh shallallohu alaihi wa sallam. Agar manusia membagi ruang diperutnya untuk 3 hal. Makanan, minuman dan udara.
 Beliau juga menyampaikan bahwa seorang mukmin makan dengan satu lambung sementara orang kafir makan dengan tujuh lambung, saking tingginya hasrat mereka terhadap makanan. Dan terakhir, beliau menasehatkan agar tidak terlalu banyak makan, sehingga memberatkan kita dalam melaksanakan ibadah-ibadah.
Sholat selesai kurang lebih pukul setengah sebelas. Kami pun pulang, setelah sebelumnya, kawan saya itu ‘tepar’. Katanya, “baru kali ini aku sholat tarawih lamanya begini”. Hehe, ini sih biasa di pondok saya, Mbak…

No comments:

Post a Comment