bismillah
Cairo, menjelang musim semi 2012
Seperti biasa, dini hari saya
bangun. Setelah qiyamul lail, mata dan badan tak bisa diajak kompromi. Tepar.
Hingga shubuh menjelang. Selepas
sholat, saya kembali ke tempat tidur. Tak lama berselang, pintu kamarku diketuk
gadis Nepal.
“Afwan, aku nggak berangkat pagi
ini. Lagi capeeek…” jawabku tanpa membuka pintu. Selimutpun makin rapat. Ugh,
pagi yang mengigil. Padahal beberapa hari kemarin temperatur sudah mulai naik.
Hari ini dingin kembali.
Ya, memasuki musim semi, cuaca naik
turun. Beberapa hari lalu, saya benar-benar merasakan udara “Indonesia”, dan
pagi ini serasa memasuki winter lagi.
Kemarin, bersama teman-teman
marhalah asrama, kami mengadakan pembubaran panitia MFD di kawasan wisata
Piramid, Giza. Setelah berkeliling Great Pyramid, lalu menuju kawasan gurun,
komplek Spink, semua memakan waktu dari pagi hingga Maghrib. Tentu badan pegal
dan capek. Hasilnya, kajian Tafsir pagi hari ini terpaksa izin, kalau tidak mau
dibilang bolos. Hehe
Bukan semata kecapekan. Mengingat
untuk menuju tempat talaqqi, harus berjalan kaki sekitar setengah jam. Untuk
pulang pergi total satu jam. wuaah…
Daripada mendzolimi tubuh, lalu
jatuh sakit. Pikir saya.
Pukul setengah delapan, saya dan
kawan-kawan asrama lain, seperti biasa. Pergi kuliah menggunakan bus asrama. Menjelang
dhuhur, seorang kakak almamater meminta saya untuk menemani ke airport. Bakda
dhuhur hingga ashar.
Selepas kuliah, saya meluncur ke
hay 7. Dan saya lupa, bahwa warga Indonesia itu punya satu hal yang tak bisa
terlepas, jam karet.
Lama menunggu, akhirnya kami
berangkat ke airport. Pulangnya saya diantar hingga asrama.
Memasuki jenah kamar, gadis Nepal
itu tengah sibuk dengan bambu-bambu dan kertas karton putih.
“Petamu sudah jadi?” Tanyaku. Ia
hanya tersenyum.
“wow, hadza jayyid jiddan…” pujiku,
melihat peta buatannya yang akan dilombakan di ma’had.
“Oya, sebentar.” Tiba-tiba ia masuk
kamar dan keluar dengan sebuah buku tebal.
“Tadi pagi Ustadzah menanyakan
ketidakhadiranmu.”
Ups! Ternyata ustadzah perhatian
denganku! Padahal seringkali kawan-kawan lain bolos, tapi tidak ketahuan…Apalagi
sampai ditanya mengapa tidak hadir.
“Hiya turidu an tahdhuri daaiman…”
Lanjutnya. Beliau menginginkanmu untuk selalu hadir.
Selanjutnya, Ia sodorkan sebuah
kitab setebal hampir 2000 halaman.
“Ini dari Ustadzah, untukmu.” Ha?!
Kitab itu kini berpindah ke tanganku. Aisarut tafaasiir.
“Oh, ya. Syukron.” Jawabku.
Kitab itu masih terbungkus plastik.
Baru.
Saya tahu betul bahwa Ustadzah
tidak pernah memberi kitab pada murid-murid yang –saat itu- tidak hadir. Tapi
kali ini, seorang teman bahkan membawakannya untuk saya. Tebal pula.
Maaf Ustadzah, lain kali saya
tidak akan bolos. In syaalloh.
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (ar Rahman:13)
No comments:
Post a Comment