Friday 6 April 2012

MENITI AWAL PERJALANAN 9

bismillah

Kau tahu…
Aku hanya ingin menjadi seperti apa yang pernah ummi katakan, untuk tidak panik dan frustasi saat menghadapi situasi begini.
Namun nyatanya, seribu bayangan negatif menggantung sepanjang perjalananku ke Rumah Sakit. Air mata yang berusaha ku tahan sedikit demi sedikit meluncur deras.
Di Rumah Sakit.
Saat memarkir motor, ku lihat sepeda motor ummi sudah terparkir. Aku berputar-putar RS mencari ruang IGD. Yang pertama kali kulihat adalah sesosok abi yang tergolek lemas di atas ranjang rumah sakit. beberapa luka kecil di tangan dan kaki, serta luka di kepala yang telah terjahit. Juga seragam guru yang penuh bercak darah di bawah ranjang.
Alhamdulillah abi sempat siuman, itu kata ummi. Kami hanya berharap tidak terjadi luka atau cacat serius pada abi. Mengingat empat anggota gerak badannya belum bisa digerakkan.
Ummi pergi untuk sholat ashar. Dan aku berjaga di samping abi yang tak lama kemudian membuka mata perlahan. Abi memanggilku. Menayakan apakah sudah masuk waktu sholat ashar. Aku mengiyakan.
Kemudian Abi bertanya dimana posisi tangan dan kakinya yang tak bisa digerakkan. Ya Rabb, semoga ini hanya lumpuh sementara…
Selanjutnya, tentu kau tahu.
Ya, hari-hariku disibukkan dengan shift jaga abi di RS. Bergantian dengan ummi dan adikku. Kami harus bergantian. Antara mengurus rumah dan menemani abi –yang tak mungkin ditinggal sendirian di RS. Leher belakang yang membentur trotoar, luka jahitan di kepala akibat helm yang pecah –kami sering menghibur abi dengan julukan “simoncelli kedua”, membuat cedera otot, sehingga nyaris seluruh badan abi tak bisa bergerak. Memang setelah beberapa hari di ruang HCU, ada sedikit kemajuan. Setidaknya jemari abi bisa bergerak sedikit. Sedikit.

Aku masih ingat, beberapa kali abi memanggilkku dan berkata,”nun, apapun yang terjadi. Meski abi masih dalam keadaan seperti ini. Rencanamu harus tetap jalan. Kamu harus tetap ke mesir.”
Ah, abi… 

No comments:

Post a Comment