Monday 2 April 2012

MENITI AWAL PERJALANAN 7

bismillah

Intinya, hari itu aku check up. Dan hari berikutnya, aku pergi ke rumah pak RT. Meminta surat pengantar SKCK, lalu ke rumah pak RW, Kantor Kelurahan, Kantor Kecamatan, dan akhirnya…Kantor Polres.
Esoknya, aku pergi ke Poltabes Surakarta. Masih meminta pengantar untuk SKCK. Ku pikir Cuma di stempel saja. Ternyata ada banyak persyaratan yang harus kupenuhi. Mulai dari paspor, hingga pemeriksaan dan pembuatan kartu sidik jari. Memakan waktu seharian.
Di hari berikutnya, aku dan abi meluncur ke Semarang. Yap, proses terakhir untuk SKCK. Di Polres Semarang, kami harus rela antri 2 jam. Maklum, saingan dengan para TKI dan TKW yang juga mengurus SKCK. Dua jam menunggu, akhirnya SKCK ku selesai. Aku dan abi pun langsung pulang ke Solo. Di Salatiga kami sholat ashar di sebuah masjid kecil. Dan di situ pula –karena kecerobohan, handphoneku tertinggal berikut nomor teleponnya. Hiks…. Handphone kesayanganku lho… masih bersyukur, jika saja nomor itu hilang sebelum kedubes menelpon… wah, kandas sudah beasiswaku. Ala kulli hal, Alhamdulillah.
Seluruh dokumen terkumpul. Selanjutnya, terjemah. Setelah browsing di google, aku menemukan tempat terjemah yang paling dekat. Di Semarang. Memang agak mahal, dibanding penerjemahan yang ditawarkan seorang teman (sekarang dia di Madinah lho, ehm) di kawasan Bekasi. Tapi, untuk lebih mudahnya, aku dan keluarga, memilih penerjemah di Semarang itu.
Setelah nego harga, akhirnya kami sepakat. Kira-kira total biaya menerjemah untuk 5 dokumen 900ribu rupiah. Berkisar segitu. Dan dikirim via ATM.
Malam itu juga, aku mengirim hasil scan seluruh dokumen via email, untuk bisa segera diterjemahkan. Setelah menunggu beberapa hari. Datang paket terjemah. Alhamdulillah, kami tidak ditipu. Hehe. Sempat khawatir juga sih.
Tapi, olala…
Nampaknya memang dikerjakan secara terburu-buru. Terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan namaku. Dan stempel penerjemah tersumpahnya hanya da di sebagian dokumen. Vatal.
Aku komplain dengan sang penerjemah. Ia meminta maaf dan berjanji segera mengirim ulang koreksinya. Huft. Artinya semakin membuang waktu saja.
Beberapa hari kemudian, hasil koreksi terjemah datang. Alhamdulillah.
Ummi berencana pergi ke Jakarta untuk mengurus legalisir dokumen-dokumenku. Setelah sore sebelum hari H berjuang memperebutkan tiket Argo Lawu yang nyaris diserobot ibu-ibu keturunan Arab.
Memang belum rejeki. Di tengah guyuran hujan, Ummi datang ke pintu pemeriksaan karcis, tepat lima menit setelah kereta meninggalkan stasiun. Tiga ratus ribu lebih melayang sudah. Hehe.

No comments:

Post a Comment