Thursday 15 March 2012

MENITI AWAL PERJALANAN...

bismillah

Aku ingin bercerita, mengenai sekelumit perjalanan hidup. Oh, bukan. Lebih tepatnya berbagi pengalaman, sekaligus meluapkan isi hati. Mengharap semoga tulisan yang sengaja ku niatkan sejak awal untuk menulisnya secara acak dan tidak terarah, dapat bermanfaat bagi yang membaca. Barangkali juga bermanfaat bagi yang ingin tahu info seputar perjalanan birokrasi beasiswa Al Azhar As Syarif. Selamat menyimak, semoga berfanfaat.
Terhitung sebelum lulus dari pesantren, di awal tahun 2010. Aku mencari seputar info beasiswa kuliah di Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir. Ya, saat itu, cita-citaku, rihlah tholabul ilmi. Di mulai dengan bertanya kepada salah seorang Ustadzku, beliau alumni Al Azhar. Dari beliau, aku mendapat alamat website www.ditpertais.net walau sebetulnya aku sudah beberapa kali mengunjungi situs itu, sejak berburu beasiswa ke Mesir via internet.
Tak puas sampai di situ, aku mengajak seorang kawan untuk pergi ke kantor Departemen Agama Kabupaten. Setelah bertanya-tanya pada petugas yang lumayan “kurang ramah”, kami mendapat info bahwa sama sekali tidak ada beasiswa ke Mesir. Petugas itu justru menunjukkan berkas penerimaan beasiswa ke Syria. Itupun sudah beberapa bulan yang lalu seleksinya. Tidak mengapa.
Hingga masa ujian akhir panjang di pesantren aku lalui. Sembari terus menggali info seputar beasiswa Al Azhar. Melalui asatidzah, kawan dan rekan orang tua, dan berakhir dengan satu kata, “Alhamdulillah” meski tanpa hasil.
Aku pun lulus pesantren, impian ke negeri pyramid ku buang sejauh-jauhnya. Ku putuskan melanjutkan study di sebuah pesantren di pelosok Magetan, Jawa Timur. Baru esok akan mendaftar, aku dan ummi bertemu Ustadz dan ustadzah dalam sebuah kajian. Mereka menyarankan aku untuk melanjutkan studi ke Mesir, atau LIPIA. Namun pendaftaran ke LIPIA sudah tutup. Sedang untuk ke Mesir, ustadzah –yang juga alumni Al Azhar-tersebut berusaha mencari info. Untuk mengisi kekosongan, Ustadz tersebut menyarankanku untuk belajar di Ma’had bahasa arab, setingkat kelas I’dad di LIPIA.
Selepas test pendaftaran, Alhamdulillah, dengan izin Alloh, aku bisa loncat ke semester 3. Jadi cukup setahun, sampai semester 4, aku sudah bisa lulus D2 di situ.
Masih di semester 3 ma’had tersebut, Ustadzah yang membantu mencari info tadi, sebut saja Ustadzah Mila. Beliau memiliki teman alumni Al Azhar yang berkerja sebagai biro travel yang sanggup membantu keberangkatanku. Cukup siapkan 3 juta rupiah dan paspor sebagai awal persiapan. Berangkat bulan itu juga. Wew!
Mendapat info mengenai lokasi kantor Imigrasi, aku segera meluncur ke sana. Dengan izin orang tua tentunya. Sampai di sana, -yang ini cukup berkesan- seorang pegawai melihatku dari balik kaca pembatas sambil bertanya jenaka, “Adek umurnya berapa? Kalau mau bikin paspor, besok ke sini sama orang tua yach?” jiaaaah… di anggapnya saya anak SD apa ya?. Padahal saya sudah bersikeras sambil menunjukkan kartu mahasiswi saya lho…
Yap, setelah proses selama satu pecan, saya punya paspor!  Alhamdulillah.

No comments:

Post a Comment