Tuesday 6 March 2012

INDONESIA vs BELGICA, NEPAL and NIGERIA

bismillah

Mulanya, anak berkebangsaan Nepal yang juga tetangga kamarku itu menemuiku saat memasak di dapur jenah. Ia menyodorkan sebuah kertas kecil. Jadwal talaqqi di Masjid Huda.
Masjid itu terletak di kawasan Maidan Jaisy, Abbasiyah. Kira-kira 700an kilometer dari asrama kami. “Datang ya…” kira-kira begitu yang ia katakan setelah menjelaskan beberapa materi talaqqi beserta hari dan waktunya.
Murid Tsanawiyah (setingkat Aliyah di Indonesia) di Ma’had yang keturunan Nepal-India itu nampak  puas setelah menyampaikan hal itu. Dan sebelum berlalu pergi, ia berpesan, “jangan lupa beritahu kawan-kawan yang lain, oke?”
Aku pun memberitahu perihal jadwal talaqqi tersebut kepada beberapa teman Indonesia saja. Mengingat beberapa telah senior, dan memiliki jam terbang tinggi dalam organisasi masisir (mahasiswa mesir). Namun faktanya, hanya aku seorang diri, dari puluhan mahasiswi Indonesia di asrama yang mengikuti talaqqi. Mungkin yang lain punya kesibukan yang tak bisa ditinggalkan.
Ammu Bawabah mengijinkan kami  keluar komplek sekitar pukul 06:30 WK (Waktu Kairo). Sedang untuk talaqqi pagi, dimulai jam 06:30. Jadi kami meminta kelonggaran pada Ammu untuk keluar sedikit lebih awal. Itupun harus dengan langkah cepat. Mengingat perjalanan memakan waktu sekitar 15-20 menit. By foot, tentu saja.
Aku berangkat bersama kawan Nepal, Nigeria, dan Belgica. Di sepanjang jalan, kawan Nepal itu terus saja mengulang kata yang sama, dengan telapak tangan terangkat,, khas India, “Ya banat! Imsyi bissur’ah!”
Memang langkah kakinya lebih lebar dan cepat dibanding kami bertiga. Di pagi buta begini, dengan udara dingin musim peralihan winter-spring, tidak menyurutkan semangat nya. Kawan Nigeria yang tubuhnya cukup tambun, nampaknya tak mau kalah. Ia menyusun langkah cepat hingga mengimbangi gadis Nepal di depan kami beberapa meter.
Aku sedikit tertawa melihat cara berjalan gadis Nigeria yang terlihat kewalahan itu.
“ya Ain, kau ingin melangkah lebih cepat?” Tanya gadis Nepal itu,”Gunakan pakaian yang lebar,, agar langkahmu lebih besar..” ia tunjukkan langkahnya yang lebar.
Teman Belgica tertawa. Aku meringis saja. Ini bajuku yang paling lebar, ahaha.
“Kau tahu,” kata kawan Belgica yang berjalan di sampingku. “ ini seperti musabaqoh dauliyah (perlombaan Internasional). Di posisi terdepan ada Nepal dan Nigeria yang tengah bersaing sengit!”
Kami tertawa kecil. Betul, betul, betul!
“Ayo Indonesia, kenapa langkahmu lambat sekali?” katanya. Memang aku sudah cukup lelah melangkah cepat, padahal Nepal dan Nigeria sudah cukup jauh meninggalkan kami. kupikir, “perlombaan internasional” ini cukup menggambarkan bagaimana watak masing-masing.
Ya, Nepal dan Nigeria yang tangguh. Juga Belgica, cukup mewakili orang-orang eropa yang juga tangkas. Dan Indonesia yang cukup lambat, hehehe. In syaalloh, di lain waktu, Indonesia tidak akan tertinggal kok.

1 comment: