bismillah
Suatu ketika, seorang anak tetangga main ke rumah saya. Perempuan. Biasa dipanggil Pipit, masih kelas tiga SD.
Mulai dari obrolan ringan, akhirnya ia bertanya. Dengan mata polosnya,
“Mbak itu, habis kuliah. Nyari kerja ya?”
Nadanya memang retoris. Namun dalam hati, saya ingin mengetahui dan mencoba sedikit mengacaukan mindsetnya tentang ‘mencari kerja’. Melihat latarbelakang lingkungan dan keluarganya yang masih terhitung cukup awam.
“Bukan nyari kerja. Tapi menciptakan lapangan pekerjaan.” (wehsyeh!! Amin Rabb! ^_^)
Seperti dugaan saya,”Menciptakan lapangan pekerjaan itu gimana, Mbak?”
Hmm,”lha bapakmu kerja di mana?”
Jawab Pipit, “Di pabrik”
“nah, kalau kamu mau bikin lapangan pekerjaan, artinya kamu punya pabrik. Kamu jadi bos nya.” Jawab saya asal.
“wah, aku nggak mau ah Mbak! Mending jadi yang kerja. Bukan bosnya!” Protesnya.
Sayapun penasaran. Ini anak kok nggak mau jadi bos sih? ”Lho, memangnya kenapa? Enak lho jadi bos. Kan punya anak buah.” Goda saya.
“Soalnya, kalau jadi bos, harus menggaji anak buahnya.”
Jiaah!! Jadi ini bocah mikirnya, kalau aku jadi buruh dapet gaji. Kalau jadi bos, harus ngasih gaji.
Sebenarnya ini, miris. Potret kecil generasi masa kini. Yang sejak kecil telah tertanam dalam benak mereka untuk lebih memilih “menerima” daripada “memberi”. Lebih memilih “mengkonsumsi” daripada “memproduksi”, menjadi “buruh” daripada jadi “bos”!! /(T_T)\
Ini tugas kita ummat Islam, menyelamatkan ummat dari bahaya “keterbelakangan”! Allohu Akbar!
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
(al Insyirah: 7)
Solo Utara, 30 Juli 2011 M
No comments:
Post a Comment