Saturday 11 February 2012

Film Review

untuk pertama kalinya, saya mencoba mereview sebuah film.
bismillah


                  Film drama action yang berjudul Darah Garuda atau Merah Putih II yang dirilis pada tahun 2010 ini, merupakan kelanjutan dari sekuel sebelumnya yang berjudul Merah Putih. Sedang judul selanjutnya dari film trilogy perjuangan ini adalah Hati Merdeka, yang dirilis pada tahun 2011.
                  Darah Garuda atau Merah Putih II bercerita tentang kisah perjuangan para prajurit muda pada era kemerdekaan Indonesia, yang dibumbui dengan beberapa drama dan kisah cinta. Diawali dengan slide video asli pada akhir perang dunia II tahun 1945, di mana Belanda  -untuk kedua kalinya berhasil menduduki bumi Indonesia- yang sekaligus menjadi slide penutup film berdurasi 108 menit ini.
                  Merupakan film karya anak bangsa, meski turut ambil bagian di dalamnya sutradara yang telah malang melintang di dunia Hollywood, Conor Allyn, bersama Yadi Sugandi berhasil membuat film ini layak untuk diacungi jempol. Hal ini tak terlepas pula dengan para ahli bidang senjata dan ledakan yang telah berkecimpung di Hollywood. Juga yang tak kalah penting, para actor yang berhasil memainkan karakter masing-masing tokoh dengan baik. Baik itu artis pendatang, maupun yang telah lama berkecimpung dalam dunia perfilman di tanah air.
                  Contohnya, Lukman Sardi yang berperan sebagai Kapten Amir, seorang muslim yang taat sekaligus guru yang pada akhirnya memutuskan untuk menjadi tentara revolusi setelah terinspirasi oleh muridnya yang mati sebagai pejuang. Darius Sinathrya sebagai Marius, anak pengusaha kaya asal Betawi yang berangan-angan menjadi pahlawan revolusi. Donny Alamsyah sebagai Tomas, petani Kristen asal Sulawesi yang memutuskan untuk menjadi tentara pejuang setelah kematian seluruh anggota keluarganya. Teuku Rifnu Wikana sebagai Dayan, pemuda Hindu asal Bali. Rahayu Saraswati sebagai Senja, gadis berdarah biru ini nekat bergabung dengan pejuang demi adiknya yang mati tertembak tentara Belanda. Astri Nurdin sebagai Melati, istri dari Kapten Amir. Dan Rudy Wowor sebagai Mayor Van Gaartner, tokoh antagonis.
                   Di film ini, terdapat lebih banyak adegan-adegan heroic, bila dibandingkan pada sekuel sebelumnya, Merah Putih. Ditambah lagi, efek ledakan dan tembakan yang bisa dibilang bergaya Hollywood turut membuat film ini lebih terasa “nyata”. Dibumbui kisah cinta gadis berdarah biru, Senja dengan petani asal Sulawesi yang telah menjadi tentara revolusi, Tomas. Juga perpaduan berbagai karakter berbasis budaya, agama, dan tanah asal yang dikemas apik. Menambah nilai plus untuk film ini.
                  Meski demikian, masih terdapat beberapa kekurangan yang cukup menonjol. Seperti tidak adanya teks terjemah untuk kata-kata berbahasa Belanda yang cukup banyak diucapkan pemeran tentara Belanda. Juga nuansa Hollywood yang terlalu dipaksakan dengan gaya “Indonesia”. Misalnya, kata-kata dan joke-joke yang tidak lazim penggunaannya dalam bahasa Indonesia, penggunaan tarian dansa ala Belanda untuk lagu campursari, juga perilaku seorang muslim taat yang memasang taruhan saat bermain catur. Belum lagi jalanan kampung beraspal, yang tidak mungkin terdapat pada masa tersebut.
                  Terlihat sekali gaya Hollywood yang terlalu dipaksa dimasukkan dalam karakter dan perilaku orang Indonesia pada zaman itu. Tentunya hal itu tidak terlepas dari peran serta sang sutradara, juga  kolaborasi Media Desa Indonesia milik Hashim Djojohadikusumo dan rumah produksi film internasional Margate House milik Rob Allyn dan Jeremy Stewart.
                  Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, film ini mengobati kehausan pecinta film tanah air –khususnya akan film bertema perjuangan yang sudah cukup lama tidak menghiasi jagad perfilman tanah air. Darah Garuda, maupun Merah Putih dan Hati Merdeka, merupakan trilogy perjuangan yang mengingatkan kita akan perjuangan nenek moyang dalam melawan kedzaliman, menumpas penjajahan dan kesewenang-wenangan. Sehingga diharapkan mampu menggugah anak bangsa untuk meneladani patriotisme dan perjuangan pahlawan, melanjutkan perjuangan mereka dalam mengharumkan agama, nusa dan bangsa.
                 

Untuk Film ini, bisa dibilang menempati rating 2.

No comments:

Post a Comment