Saturday 11 February 2012

JANGAN HAFAL QURAN?

Apa yang menjadi jaminan akan kesempurnaan seorang muhafidz/muhafidzoh?

Tidak ada maksud saya merendahkan bahkan melecehkan para penghafal alquran. Karena toh, tidak ada jaminan akan kema’shuman terhadap penghafal alquran.
Sekarang ini, masyarakat kita sudah lebih “melek” terhadap kebutuhan akan Alquran. Buktinya, bertebaran sekolah-sekolah berbasis Islam yang menambah program “tahfidzul quran” sebagai program unggulan mereka. Bahkan di televisi pun Yusuf Mansur turut menyemarakkan program “Rumah Tahfidz”, disamping “Sedekah”nya. Sebuah kemajuan yang patut untuk terus didukung dan dikembangkan.
Namun, sayang beribu sayang. Selayaknya harapan bagi seorang muhafidz/muhafidzoh, setelah sempurnanya hafalan 30 juz. Adalah menerapkan apa yang telah mereka hafal. Namun pada fakta yang sering dijumpai, -berdasarkan pengalaman pribadi saya- begitu banyak para muhafidz yang minim sekali bekal keilmuannya. Dalam penguasaan bahasa Arab, terjemahnya, penafsirannya. Sehingga apa yang mereka hafal seolang hanya di bibir. Belum melekat ke hati. Terlebih mendarah daging menjadi suluk, akhlaq keseharian mereka.
Padahal mereka –beberapa- menjadi asatidzah di sekolah-sekolah tahfidz, pondok pesantren!
Sunggah, apalah guna AlQuran, Kalamulloh itu jika hanya sebatas bisa terucap di bibir? Bukankah tujuan utamanya adalah implementasi dari apa yang dihafalkan? Lihatlah bagaimana ketika Aisyah ra ditanya tentang akhlaq Rosul, “Akhlaq beliau adalah Alquran” jawab Aisyah ra. Subhanalloh... betapa jawaban itu menunjukkan betapa Alquran itu benar-benar mendarah daging dalam diri Rosul? Sehingga setiap tindak-tanduk beliau tidak mungkin terlepas dari Alquran?
Sementara di sini. Di negrei ini khususnya. Betapa banyak muhafidz dan muhafidzoh bertebaran. Hanya sayang, kebanyakan baru hafal di bibir. Belum sepenuhnya ada kesadaran untuk menerapkan.
Bukan ayat ini pernah dihafal? Sering diucapkan? Sering dimuroja’ah?
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
5. Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. QS AlJumuah:5
MasyaAlloh, apakah hanya menjadi keledai dungu?
Saya –sekali lagi- tidak bermaksud mencemooh mereka yang telah menjadi hafidz/hafidzoh. Tulisan ini saya buat, dengan harapan agar para muhafidz dan muhafidzoh tidak semata puas atas apa yang telah dihafal. Melainkan agar hendaknya selalu merasa haus akan penerapan Alquran itu sendiri. Secara kaffah. Semampunya. Semaksimalnya. Juga ini menjadi peringatan buat saya sendiri secara pribadi agar terus menghafal, belajar memahami dan menerapkan apa yang telah, sedang dan akan saya pelajari.
Dan hendaknya, sebelum kita menuntut ilmu, niatkan dalam hati, bahwa apa yang kita pelajari adalah untuk diterapkan. Bukan sekedar teori yang direndam dan sipendam dalam kepala. Wallohu musta’an.

                                                                                Klaten Utara, Belangwetan 11102011



1 comment:

  1. ayat yang anda kutip tersebut tidak tepat malah salah sasaran dan tidak bijak.. ayat tersebut ditujukan untuk ahlul kitab yang MENDUSTAKAN ayat-ayat Allah..

    jumlah rumah tahfizh dan pesantren Quran memang bertebaran, namun lembaga pendidikan Quran yang menjadi lanjutan para Hafizh masih minim, semisal IIQ, PTIQ dan semisalnya, dimana mereka dapat meneruskan kesinambungan keilmuan mereka.
    di pesantren Quran saya dulupun ada slogan "hamilul quran lafzhan, wa ma'nan wa 'amalan wa takalluman".. namun toh semuanya berjenjang dan membutuhkan proses.
    sebagaimana kini sudah ada pesantren khusus utk para ustaz hafizh yang didirikan oleh prof dr quraish shihab sebagai media pendidikan lanjutan bagi mereka yang sudah hafal quran sehingga tidak buta akan kandungan dan ilmu2nya serta tidak gagap menghadapi zaman.

    baiknya, kalau anda sdh memiliki kesadaran ini, buatlah lembaga pendidikan lanjutan untuk para hafizh hafizhah... TPA, rumah Tahfizh..itu semua untuk pemula penghafal quran dan itu semua sudah banyak sekali bertebaran.. yang masih minim adalah pendidikan lanjutan untuk para hafizh quran..


    sumarlanedy@yahoo.co.id

    ReplyDelete