Saturday 11 February 2012

Benar-Benar Sendiri?

bismillah

Pesawatku berhenti –nyaris satu jam- di Malaysia. Kendati demikian, tak ada ijin bagi penumpang untuk turun. Aku menghabiskan waktu untuk mengirimi sms pada keluarga. Terlupa bahwa jam telah menunjukkan pukul dua pagi. Tak ada jawaban.
Aku menikmati keheningan. pun terhadap kakek di sampingku, aku belum banyak bicara dengannya. Ia membawa satu koper, dan tas kecil terbuka berisi –nampaknya- netbook dan mushaf al quran.
                Hingga mendekati shubuh, aku menikmati tidur. Terbangun saat mencapai langit Kuwait. Barulah ku beranikan diri membuka pembicaraan dengan kakek itu. Kami memutuskan mengobrol dengan bahasa Inggris setelah kesulitan komunikasi dengan bahasa arab kami yang lumayan berbeda.
                Namanya Saad Rafi, ia seorang dokter. Pulang ke Cairo setelah mengunjungi putrinya di Indonesia yang menikah dengan WNI dan tinggal di Surabaya. Kakek itu ternyata sangat bersahabat. Aku jadi sedikit menyesal tidak mengobrol sejak awal duduk.

                Ku ceritakan bahwa aku menerima beasiswa al azhar untuk studi di Cairo. Dan ini adalah penerbangan pertamaku. Ia pun menawarkan nomor hp nya agar aku bias menghubunginya bila butuh bantuan. Tapi aku hanya mengangguk dan berterimakasih. Ia juga menjelaskan sedikit tentang apa yang harus di lakukan ketika transit nanti.
Pagi hari di atas langit Kuwait
                On time. Tepat setengah tujuh, pesawat landing di bandara Kuwait. Aku terpisah dengan kakek Saad karena ia tak mampu membawa koper saat menuruni tangga, sedang petugas menyuruhnya untuk duduk dahulu. Kami pun tak lagi bersama.

No comments:

Post a Comment